Setelah Email Dibaca

Seorang teman terdekat mengirim pesan singkat kepadaku, "Email kamu apa? Aku mau kirim". Kupikir, ada sesuatu yang sangat penting dan akan panjang terjabar. Ternyata, itu adalah surat elektronik terusan dengan judul "A Quarter Life Crisis". Apakah setiap dari kita mengalaminya? Mungkin saja.

Buatku hal itu tidak lagi mengejutkan. Salah satu alasannya adalah umur saya sudah melebihi seperempat abad. Kalau dia mengirim itu beberapa bulan yang lalu, mungkin aku akan tertegun lama.

Di dalam titik-titik tertentu dalam hidup, kita kadang terlupa untuk berhenti sesaat dan meresapi. Entah karena kita melupakan diri kita atau kita membiarkan diri terbawa arus dunia yang membutakan hati. Aku jadi teringat tulisan beberapa waktu lalu, suatu titik ketika aku merasa ada sesuatu yang aku hilangkan. Krisiskah itu? Hanya proses.

Hal lain pun menjadi terlintas dalam pikiran. Menyebalkan rasanya ketika memutuskan suatu hal menjadi terasa berat tanpa alasan berakar dari dalam diri. Siapakah penentu jalannya kehidupan ini? Semesta telah membukakan jalan dengan segala kemungkinannya, mulai terburuk sampai terbaik, semua tersimpan dalam misteri indah kehidupan. Tiap tawa, bincang, tangis, dan pikiran memiliki makna dalam jejak langkah.

Keterikatan juga tidak pernah memberikan kekakuan. Bolehkah aku hapuskan garis tersamar yang belum juga terhubung pada diri ini? Adanya aku dalam interaksi orang lain justru membuat aku semakin mempertanyakan adanya mereka dan semua yang terkait. Inginkah aku menjalani hal yang aku pun ragukan benarnya?

Aku merasa memiliki keharusan untuk menjabarkan keadaan tanpa memunculkan pembenaran akan keputusan yang hendak kuambil. Pembenaran tidak pernah diperlukan ketika kita sudah mendekati kebenaran manusia. Mereka harusnya tahu penyebabnya.

Kalau aku pergi, kalahkah aku?

Komentar

julyani mengatakan…
kenapa dirimu pergi???
Gita P Djausal mengatakan…
Karena sudah saatnya memutuskan :D

Postingan Populer