Mandiri Tanpa Arti
Sudah terlalu lama.
Apakah aku kehilangan diriku?
Harusnya aku menyempatkan diriku untuk membuat sesuatu. Entah itu membaca, membuat tulisan atau karya lainnya. Belakangan ini, aku merasa terjebak dalam kekosongan. Kenapa seperti itu?
Berarti ada yang salah.
Yang sepatutnya disalahkan adalah diriku sendiri. Tegakah aku pada diriku sendiri? Kalau memang tega, kenapa aku tidak memberikan keadilan pada diriku sendiri? Kenapa dibiarkan begitu saja? Ini aneh. Terlalu banyak tanda tanya. Ketika aku menggunakan kata 'harus', maka hal tersebut sepatutnya menimbulkan konsekuensi. Karena 'harus' menggambarkan kewajiban. Aku pun kebingungan menentukan ganjaran atas tidak terlaksananya kewajiban atas diri.
Kadang merasa memerlukan penyemangat pribadi supaya rasa bersalah ini berkurang. Kalau itu yang diharapkan, berarti diri ini tidak mandiri. Salahkah itu? Kemandirian apa yang sebetulnya kita perlukan. Kemandirian yang hakiki? Apa pula itu artinya?
Mandiri sering kali diartikan mandi sendiri. Kalau orang-orang yang mandi di tempat umum beramai-ramai berarti dia orang yang tidak mandiri. Pengertian yang salah, kukira. Secara konotatif, mandiri diartikan berdiri sendiri. Mandiri juga kerap dianggap kemampuan sesorang untuk hidup independen secara ekonomi. Mampu membiayai kehidupan sehari-hari sampai dengan kehidupan sosial lainnya.
Aku harus mengakui bahwa aku adalah orang yang belum (atau tidak) mandiri. Jangankan untuk hal secara ekonomi, untuk memutuskan hal-hal yang terjadi dalam keseharian pun aku berjuang terlalu keras. Entah itu karena terlalu banyak pertimbangan atau memiliki cara pandang yang tidak tepat dalam pengambilan keputusan. Seorang teman pernah bilang, "Kamu itu tampak orang yang pemikir, orang jadi sulit untuk mengenal kamu." Aku tidak bisa mempersalahkan default setting dari muka ini. Kadang, ketika aku bengong pun, orang bisa merasa terancam oleh tatapan kosongku. Kita tidak bisa menilai sesuatu dari tampilan atau fisik semata. Itu pula yang aku coba gunakan dalam menjalani keseharian, meminimalisir penilaian terhadap apa yang terlihat atas seseorang. Semoga selama ini baik-baik saja. Pada akhirnya, aku tidak bisa memungkiri bahwa apa yang tampak di diri saya sepertinya luar biasa, terkadang terasa hambar di diri.
Berpikir terlalu banyak. Tidak juga. Tidak pernah terlalu banyak, secukup dan semampunya keinginan diri. Dalam memutuskan sesuatu terkadang banyak bertanya kepada orang, kadang menyimpan pendapat untuk diri sendiri. Untuk orang yang penuh keyakinan atas dirinya dalam mengambil keputusan, kuberikan salut kepada mereka! Aku berharap aku seperti itu. Namun, terasa sulit untuk dilakukan. Aku sering mempertimbangkan ada-ku sebagai anak, kakak, atau adik dan bagaimana keputusan yang aku ambil selalu membuat hatiku dan mereka senang gembira. I love my family.
Ini seperti menyadari kelemahanmu dan menyebarkannya kepada seluruh dunia. Yang selalu menjadi yang terpenting adalah apa selanjutnya? Masihkah aku merasa tidak mandiri? Masih. Apakah itu mengurangi nilai yang ada di diri? Semoga tidak. Seperti malam ini, semesta mungkin secara sengaja membuat aku menonton Ugly Betty yang berkata, Lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Jangan biarkan orang lain menghalanginya. Ini tentang kamu.
*mohon maaf kalau ada bahasa selain Bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan ini.
Apakah aku kehilangan diriku?
Harusnya aku menyempatkan diriku untuk membuat sesuatu. Entah itu membaca, membuat tulisan atau karya lainnya. Belakangan ini, aku merasa terjebak dalam kekosongan. Kenapa seperti itu?
Berarti ada yang salah.
Yang sepatutnya disalahkan adalah diriku sendiri. Tegakah aku pada diriku sendiri? Kalau memang tega, kenapa aku tidak memberikan keadilan pada diriku sendiri? Kenapa dibiarkan begitu saja? Ini aneh. Terlalu banyak tanda tanya. Ketika aku menggunakan kata 'harus', maka hal tersebut sepatutnya menimbulkan konsekuensi. Karena 'harus' menggambarkan kewajiban. Aku pun kebingungan menentukan ganjaran atas tidak terlaksananya kewajiban atas diri.
Kadang merasa memerlukan penyemangat pribadi supaya rasa bersalah ini berkurang. Kalau itu yang diharapkan, berarti diri ini tidak mandiri. Salahkah itu? Kemandirian apa yang sebetulnya kita perlukan. Kemandirian yang hakiki? Apa pula itu artinya?
Mandiri sering kali diartikan mandi sendiri. Kalau orang-orang yang mandi di tempat umum beramai-ramai berarti dia orang yang tidak mandiri. Pengertian yang salah, kukira. Secara konotatif, mandiri diartikan berdiri sendiri. Mandiri juga kerap dianggap kemampuan sesorang untuk hidup independen secara ekonomi. Mampu membiayai kehidupan sehari-hari sampai dengan kehidupan sosial lainnya.
Aku harus mengakui bahwa aku adalah orang yang belum (atau tidak) mandiri. Jangankan untuk hal secara ekonomi, untuk memutuskan hal-hal yang terjadi dalam keseharian pun aku berjuang terlalu keras. Entah itu karena terlalu banyak pertimbangan atau memiliki cara pandang yang tidak tepat dalam pengambilan keputusan. Seorang teman pernah bilang, "Kamu itu tampak orang yang pemikir, orang jadi sulit untuk mengenal kamu." Aku tidak bisa mempersalahkan default setting dari muka ini. Kadang, ketika aku bengong pun, orang bisa merasa terancam oleh tatapan kosongku. Kita tidak bisa menilai sesuatu dari tampilan atau fisik semata. Itu pula yang aku coba gunakan dalam menjalani keseharian, meminimalisir penilaian terhadap apa yang terlihat atas seseorang. Semoga selama ini baik-baik saja. Pada akhirnya, aku tidak bisa memungkiri bahwa apa yang tampak di diri saya sepertinya luar biasa, terkadang terasa hambar di diri.
Berpikir terlalu banyak. Tidak juga. Tidak pernah terlalu banyak, secukup dan semampunya keinginan diri. Dalam memutuskan sesuatu terkadang banyak bertanya kepada orang, kadang menyimpan pendapat untuk diri sendiri. Untuk orang yang penuh keyakinan atas dirinya dalam mengambil keputusan, kuberikan salut kepada mereka! Aku berharap aku seperti itu. Namun, terasa sulit untuk dilakukan. Aku sering mempertimbangkan ada-ku sebagai anak, kakak, atau adik dan bagaimana keputusan yang aku ambil selalu membuat hatiku dan mereka senang gembira. I love my family.
Ini seperti menyadari kelemahanmu dan menyebarkannya kepada seluruh dunia. Yang selalu menjadi yang terpenting adalah apa selanjutnya? Masihkah aku merasa tidak mandiri? Masih. Apakah itu mengurangi nilai yang ada di diri? Semoga tidak. Seperti malam ini, semesta mungkin secara sengaja membuat aku menonton Ugly Betty yang berkata, Lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Jangan biarkan orang lain menghalanginya. Ini tentang kamu.
*mohon maaf kalau ada bahasa selain Bahasa Indonesia digunakan dalam tulisan ini.
Komentar
Di titik mana kita menggantungkan kepada orang lain, ketika kita tidak dapat melakukannya? Hmm.. langsung terlintas pemikiran lain-lain nih. Belum tentu berhubungan.
Satu per satu, kita belajar di setiap langkah yang kita ambil. :D
But indeed, you are strong, its just now something has missing and you don't know what is that. You just feel it. so just enjoy it.
You're not weak, you just follow your heart. You have a great mind, so just keep telling the world.
But lets not forget, we're not in the world of our own.. That is why people need their significant others to help them live. live high.
maaf gak pake bahasa indonesia, karena bisa terdengar gombal.
--
Tidak akan ada rasa manis jika tidak ada rasa pahit dan tidak akan ada rasa bahagia jika kita tidak tau apa itu arti suatu rasa kesedihan.
Meyakini kita memiliki arti, karena we're beautiful no matter what they say. Masih ada yg mencintai kita dan sesuatu yg kita cintai bahkan cinta untuk diri sendiri yang akan menutupi segala kekosongan. Dan Laskar Pelangi sedang mewujudkan mimpi para Sang Pemimpi.