Persinggungan Jalan

Jika kita andaikan, kehidupan ini seperti setapak jalan, melangkah dalam waktu, maka tiap jejaknya akan kentara membekas. Dalam ilusi, tapak jalan yang terjadi memungkinkan kita untuk bertemu, berjauhan, dan juga berdampingan. Diri kita yang tetap berjalan, orang lain yang memilih setapak yang berbeda, seketika itu menghilang dari pandangan.

Istilah yang teman saya dulu sering bilang, "Pathnya ga crossing crossing". Sekarang, sih, sudah ada Path, tinggal unduh saja aplikasinya di telepon genggam. Semudah itu crossing.

Sayangnya, kita ini masih manusia. Bukan robot. Secanggih apapun teknologi yang berkembang, interaksi primitif masih dibutuhkan. Kita masih butuh jabat tangan, berpegangan tangan, berpelukan, dan terserah saja.

Bagi saya, jabatan tangan pertama itu memberikan impresi. Apakah impresi pertama itu benar atau tidak, silakan dibuktikan masing-masing. Selayaknya manusia yang baik, tidak tepat menilai di pertemuan pertama, saran saya.

Sejarah berulang. Ada juga yang bilang, kalau sejarah berulang, berarti manusia tidak belajar sejarah. Entah bagaimana, kita mungkin bertemu dengan teman-teman yang memiliki kemiripan dengan teman-teman yang sudah lama kita kenal. Setidaknya, setidaknya 3 orang berbintang Cancer adalah sahabatku ketika sekolah, ketika kuliah aku mendapatkan 2 sahabat berbintang Cancer. Suamiku Libra, seingatku ada 3 sahabatku juga berbintang Libra. Kebetulan? Tidak juga. Pas pathnya crossing, saja.

Menikmati hidup itu paling mudah. Memperhatikan tanda-tanda yang ada, menyerap informasi yang tersaji, dan menghirup udara lebih dalam. Waktu akan menjadi penentunya. Pada titik-titik tertentu itu yang menjadi pertemuan kita, kamu (pembaca blog ini) dan saya. Titik pertemuan kita berikutnya menjadi misteri. Kepentingannya, adalah rasa ingin tahu kita penjawabnya.

Hal yang pasti, setapak ini selalu sejalan dengan keluarga. Darmanto, Djausal, dan Soekardi. Never let them go.

Komentar

Postingan Populer