Cerita Perempuan

Minggu lalu aku membaca buku. Penulisnya adalah Pramoedya Ananta Toer, judul bukunya Catatan Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Buku ini dipilih karena saya membutuhkan inspirasi tambahan dan stimulasi yang tepat bagi perkembangan otak.


Penggalan cerita, yang ditulis di belakang buku, mengetuk hatiku dan menarik perhatian dompetku untuk membelinya. Dia bilang,
"...kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian tahu tentang nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu.... Surat kepada kalian ini juga semacam pernyataan protes, sekalipun kejadiannya telah puluhan tahun lewat..."


Membiarkan juga bisa menjadi tindak kriminal. Jika aku berdiam diri dan mengabaikan adanya buku ini, berarti aku mengabaikan adanya kemalangan yang dulu pernah terjadi. Ini adalah surat peringatan. Seperti kepanikan seketika akan melanda. Sesuatu menjadi perhatian, perempuan harus lebih peka terhadap diri dan kaumnya.

Hal yang paling menjadi perhatianku adalah bahwa generasi terbaik Indonesia dihilangkan oleh Jepang. Putri-putri petinggi, putri-putri terbaik yang bercita-cita untuk menjadi pemimpin dikarenakan kebohongan, mereka menderita kemalangan. Gen-gen terbaik yang dulu pernah ada, tidak dapat dilanjutkan karena mereka menghilang. Mereka menghilang bukan atas kemauan tapi karena kebohongan dan kekejaman. Mereka adalah gadis-gadis yang hendak menjadi pemimpin bangsa tidak mampu kembali dan menjadi yang seharusnya. Mereka yang berasal dari kalangan berada, bisa saja menjadi nenek buyut kita. Mereka bisa saja yang menjadi inspirasi dalam keluarga dengan mengajarkan ilmu yang mereka miliki. Sebelum mereka membuahkan karya, mereka digagalkan oleh janji palsu.

Kita kehilangan (calon) pemimpin perempuan yang cemerlang. Kalau kita andaikan para generasi ketika itu benar bersekolah, mereka pastinya akan kembali demi kebaikan. Kalau memang kebaikan ditegakkan, semoga kita lebih mudah untuk menjadi bangsa yang maju. Keterlibatan perempuan dalam perkembangan bangsa dan negara dapat lebih signifikan. Kita bisa saja memiliki teladan terbaik di dalam lingkungan keluarga terdekat. Aku bisa saja memiliki nenek buyut yang bersekolah kebidanan di masa Jepang. Kamu juga bisa saja memiliki nenek buyut terpintar di kampung halaman. Namun itu semua pengandaian, kenyataan berbeda.

Dalam buku itu, Pram juga menyatakan bahwa berikutnya adalah tugas bagi kita semua melanjutkan apa yang telah dia mulai. Kita patut juga mencari para putri yang hilang dan menegakkan keadilan atas hak asasi yang tertindas oleh tentara Jepang. Ini masalah bangsa, kita sebagai generasi bangsa harus berjuang.

Menuliskannya ke dalam blog ini adalah salah satu perjuangan yang dapat kulakukan. Menyatakan hal yang dapat dibagikan kepada publik bahwa bangsa Indonesia seringkali mengabaikan sejarah. Sejarah bukan hanya cerita heroik tapi juga cerita kepedihan yang membisik.

Namun, apalah arti tulisan ini kalau yang membaca tidak kembali memaknai tentang ini dan meneruskannya kepada yang lain. Kepatutan kita sebagai manusia membela yang baik bagi manusia lainnya. Menjalani hidup dengan kebaikan. Memilih jalan yang baik bagi kita dan semoga baik juga bagi orang yang ada di sekeliling kita. Kearifan dalam mengambil hikmah dalam tiap torehan interaksi dan renungan peristiwa.

Ini bukan sekedar cerita lalu, ini tentang bagaimana di masa datang. Akankah kita selalu membiarkan keburukan terjadi di sekitar kita? Akankah kita menjadi pribadi terbaik yang kita mampu capai? Mampukah kita menjamin kebaikan bagi generasi penerus?

Semoga yang pernah terjadi hanya menjadi rekaman sejarah. Kejadian buruk berhenti. Kebaikan akan terus diputar dari waktu ke waktu. Ini bukan sekedar tentang perempuan,  ini tentang manusia, manusia Indonesia.

Komentar

Postingan Populer