Kami (Aku) Kehilangan

Hari Minggu, 23 Oktober 2011 adalah hari Minggu yang sulit untuk dilupakan. Rentetan waktu yang teracakkan oleh emosi yang bergejolak di hari itu. Pagi itu, sekitar jam 09.10 WIB, Sidahku meninggal dunia.


Ketika aku memasuki ruang tidurnya, aku hanya bisa menitikkan airmataku. Badannya sudah tidak melakukan apapun. Tanteku memegangi tangannya, Wak Ibu memegangi mulutnya. Dia telah pergi. Jiwa dan raganya telah berpisah.

Dia yang bernama Hj. Aliyah binti Muhammad Hasan meninggal di usia 88 tahun. Ia dan suaminya, Amir Hamzah Djauhari bin Saleh memiliki 6 orang anak, 5 orang menantu, 17 cucu, 6 cucu menantu dan 12 cicit. Cucu laki-laki pertamanya bernamakan Amir, dan cucu perempuan pertamanya bernama Alia (kakakku yang tertua).


Sebagai cucunya, sosok yang kudapatkan dari seorang Sidah adalah dia orang yang selalu tertawa dan tersenyum. Seumumnya seorang nenek, memiliki kehangatan yang lebih untuk cucunya. Sering melihat sepupuku bercanda ria dengannya, diapun membalas dengan tertawa ringan.

Belakangan dia menggunakan kursi roda karena tulangnya tak mampu lagi menopang tubuhnya. Awalmya, dia sering menolak atas alat bantu itu, kelamaan dia juga memahami tubuhnya yang melemah seiring bertambahnya usia. Kalau dia sedang duduk di kursi, salah satu cucunya terkadang bermain dengan kursi rodanya.

Hari ketiga setelah dia pergi, papaku masuk ke kamar yang biasa Sidah tempati. Dia keluar dan berkata, "Eh, Ummi udah ga ada.". Cicit-cicitnya yang rajin mengunjunginya juga memiliki kebiasaan, "Uyut mana?". Hanya satu kalimat tanya sederhana. Menjadi pengingat yang tadi ada, sudah pergi. Dimas, keponakanku itu, belum pula genap berumur 3 tahun. Dia kehilangan satu kebiasaan yang dia lakukan ketika mampir ke rumah Atu-nya, mencium tangan Uyut.

Aku merasa iri dengan sepupuku yang lain. Mereka tampak memiliki kedekatan yang lebih dibandingku. Mereka memiliki cerita yang aku tidak miliki. Aku hanya memiliki kurma, pisang, pepaya, sawo, atau buah lainnya yang kadang kuantarkan untuknya. Entah benar atau tidak, kurasa buah yang paling dia suka adalah pepaya dan sawo. Sayang yang penuh cinta kan kukirim untuk Sidah dan Sidi, semoga mereka terus memberikan kekuatan dan inspirasi dalam hidup.

Kami semua mengecup keningnya untuk terakhir kalinya. Semuga Allah SWT memberikan keringanan bagi Sidahku. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga, Kotabumi, Lampung Utara.

Hj. Aliyah binti Muhammad Hasan
Sidah dan Sidi bersatu kembali, setelah 11 tahun terpisah.

Komentar

Postingan Populer