Selingkuh

Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cetakan 17) menyatakan kalau selingkuh itu artinya curang; tidak jujur. Aku bukan mencurangi suatu hubungan, semoga memang tidak. Aku hanya tidak jujur, tidak jujur pada diri saya sendiri. Memungkiri apa yang harusnya dituang dalam blog ini. Aku mengesampingkannya, meniadakannya dalam hidup sementara.

Yang paling dirugikan adalah diri sendiri. Seperti melakukan kebodohan terhadap sendiri dan menjauhkan diri dari diri. Mengapa aku sampai tega melakukan itu, ya? Entahlah. Terbawa arus yang menenggelamkan diri ke dalam entah apa yang dapat diselami. Perlahan, berusaha untuk mengambil nafas dan menikmati panas matahari di permukaan air.

Kuakui kalau saat ini aku berada di titik yang melemahkan aku. Kalau dibilang menikmati waktu yang ada, aku menikmatinya terlalu lama. Mungkin butuh loncatan. Kalau tidak mau diakui sebagai kelinci, berarti aku butuh motivasi tambahan.

Biasanya, aku memilih pola tertentu dan mengambil jarum dan benang, dilanjutkan dengan merenda dan mempublikasikannya ke dalam blog. Atau berada dalam perbincangan dengan teman, menggelitik suatu buah pemikiran dan aku tuangkan pikiranku ke dalam blog. Karena kehampaan atas rutinitas atau kebiasaan yang coba aku bangun beberapa waktu itu, membuatku berpikir mungkin saja waktu belakangan ini aku tidak melakukan potensi terbaik dari diriku.

Terserah yang lain. Harusnya aku tetap menuangkan tulisan. Sekedar selentingan, menuangkan itu menggunakan majas. Hal yang dituangkan biasanya adalah cairan, seperti menuangkan air ke dalam gelas. Maka, kata yang tepat adalah membuat, menyusun, dan menciptakan. Namun, dikarenakan eksplorasi bahasa dan demikian seterusnya, aku mungkin tetap menggunakan tuang.

Minggu lalu, adikku menghadiahkanku sebuah telepon pintar. Mana ada telepon yang pintar, kalau kita masih harus menekan tombol dan telepon memberikan reaksi. Telepon itu tidak pintar, hanya canggih. Lebih canggih dari telepon genggam yang saya beli tahun lalu.

Telepon genggam yang dulu itu kubeli karena telepon genggam yang biasa aku gunakan sudah tidak mampu berfungsi dengan baik. Aku beli yang murah. Seadanya uang waktu itu, asal ada alat komunikasi. Sekitar di awal tahun, kacanya retak. Tidak tahu kenapa. Biasa saja aku simpan di saku celana, celana yang aku pakai juga cukup longgar.

Telepon yang baru ini harusnya mempermudahku dalam perkembangan dunia maya. Belum berpengaruh banyak. Hanya lebih berisik di media sosial - microblogging, si burung twitter. Satu perangkat yang mudah kuoperasikan dan aku tidak perlu berpikir panjang, namanya juga mikro.

Atas kesadaran yang aku raih malam ini, aku akan mulai lagi bersahabat dengan Acer, Olympus, dan buku-bukuku. Mengembalikan rasa betah duduk di kursi dan menghadap Acer untuk melakukan suatu hal. Sembari menikmati kegiatan yang beberapa bulan ini menarik perhatianku, bisa dilihati di blog-ku yang lain. Semoga masih ada crochet dan foto yang akan tampil. Aku rinduku, sangat. Tidak ada selingkuh, bakar itu semua.

Komentar

Anonim mengatakan…
Like this much :D
Anonim mengatakan…
kembali ke leptop ya berarti.. he

Postingan Populer