Lu(n)ar Biasa

Biasanya, saya tidak akan memilih topik pembicaraan seperti ini, yang akan saya jabarkan di bawah ini. Saya senang memiliki harapan. Seringkali dalam pemilihan kalimat atau kata, sebisa mungkin dibuat dalam kalimat positif (tidak menggunakan 'tidak') dan bermakna positif. Saya tidak suka dirajai oleh pikiran yang tidak baik, terasa digerogoti. Itu tidak baik bagi perkembangan jiwa.

Tampak semakin kecil kemungkinan saya menikah tahun ini. Tuh, kalimat itu terdengar begitu pesimistis, tidak baik. Kenapa terpikirkan demikian? Karena semua butuh waktu yang tepat dan baik, jangan juga terlupa: pria yang tepat dan baik. Belum bertemukah? Mungkin sudah bertemu dan berkenalan tapi belum sepakat atas hal itu.

Terlalu seperti dongeng? Bahagia tercipta ketika sang putri bertemu pangeran dan menikah demi kedamaian negeri. Too cheesy, terlalu keju. Itu artinya terlalu asin. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Semua baiknya seimbang. Dongeng kebahagiaan itu sering pula didengar ketika kecil.

Haruskah tahun ini, Gita?
Tidak ada keharusan. Hanya keinginan.
Atas dasar apa keinginan itu kau bentuk?
Tidak mendasar. Bukan kolam.

Patah hati. Sepertinya tidak lagi tahu cara mencinta. Tidak ada yang benar dilakukan. Teman berkata, 'Lain orang, lain cara'.


Pipi bersemu. Tertawa ringan. Senyum berkembang. Hanya memori yang melekat.

Bulan bersinar dengan indahnya. Sampaikan salamku.
Sampai jumpa di waktunya.

Komentar

Postingan Populer