Hilang

Seketika, menginginkan benda yang bisa memutarkan lagu-lagu yang bisa kudengarkan hingga kuterlelap tidur. Aku pun tenggelam dalam alam mimpi.

Sedih terasa kalau sesuatu menganggu pikiran kita dan hal itu pun tidak segera pergi karena kita pun masih terjebak dalam putaran pikiran. Kadang ingin menyalahkan kerumitan dalam menentukan buah pikiran. Atau dalam keadaan sadar akan kemungkinan terburuk pun masih dipikirkan.

Aku kehilangan kepercayaan diriku.

Untungnya, beberapa jargon dari filsuf ternama yang sesaat aku pelajari ketika kuliah tidak ada pernyataan, "Saya percaya diri, maka saya ada". Itu artinya, aku masih ada dan aku masih hidup. Aku belum pernah secara serius juga mempelajari tentang filsafat. Hanya berusaha memaknai tiap apa yang terjadi pada diri sehingga tidak kehilangan akal.

Mungkin karena kurang banyak bersyukur. Atau mungkin terlalu banyak harapan dan kurang dalam upaya pencapaian. Mungkin juga karena rumput tetangga lebih hijau dan halaman rumahku tidak ada rumput.

Apa yang harus kulakukan?

Pilihan menenggelamkan diri dalam awan kelabu seperti pilihan termudah. Tidak mengizinkan matahari masuk. Badan melingkar, tergeletak. Pandangan kosong. Pikiran terhenti.

Tapi itu tidak benar. Membiarkan tubuh dan pikiran tergerogoti oleh lumut adalah hal yang tidak bijak. Kita harus menyambut sinar matahari pagi. "Good morning, sunshine!". Mendengar kicau burung. Menghirup udara pagi yang menyegarkan. Nikmati hari penuh keceriaan.

Seperti kata mama, "Kalau mau sukses, harus bangun pagi".

Komentar

Postingan Populer