Surat yang Kutunggu

Minggu lalu, ada yang mengetuk pintu dan berkata, "Ini buat mbak Gita". Ternyata Pak Pos mengantarkan surat yang kutunggu-tunggu. Teringat lagu Vina Panduwinata.

Senang membacanya. Terasa seperti masih ada yang peduli dengan diriku di luar sana. Di dalam lingkungan sehari-hari yang sudah jelas siapa yang peduli. Itu menjadikan surat penghibur hati luar biasa. Dulu, sebelum dia pindah ke Malang. Biasanya aku mampir ke rumahnya dengan bekal sejumlah pikiran yang tak tertuang dalam perbincangan bersama orang lain. She's a wonderful person.


Ow! Postcard-nya! Kartu posnya luar biasa menyenangkan. Senang dan super senang mendapatkan apa yang tidak dimiliki semua orang. Terlebih, kartu posnya berasal dari Negeri Kincir Angin, harusnya kan ini menjadi kepemilikan dia yang langka. Menjadi super kebahagiaan.

Isi suratnya adalah jawaban dari pertanyaan yang aku berikan di suratku. Setelah kupikir, mungkin aku tidak perlu bertanya pada siapapun karena jawaban itu sudah di dalam diri. Mendapatkan jawaban itu melalui orang lain seperti mengingatkan bahwa aku masih belum peka terhadap yang terjadi di dalam diriku sendiri. Bukan merugi, hanya saja aku melemah.

Ada satu hal yang bisa dibahas kepada khalayak ramai dari isi surat itu. Dia bilang, blog aku serius tapi kurang panjang. Hmm... Serius, ya?

Lalu aku berpikir, "Aku serius? Masa sih?". Rasanya tulisan yang aku bikin hanyalah hal yang terlintas sejenak di dalam pikiran dan agak mengganggu kalau dibiarkan di dalam hati dan menjamur dan mempengaruhi pikiran lainnya. Dibuat dengan santai dan mencoba menjelaskan dengan baik. Kemudian, aku pun tertawa terbahak-bahak (di dalam hati). Ternyata, aku memang se-serius itu. Pendapat orang lain pun kubahas panjang lebar kenapa dia memiliki pendapat seperti itu dan sebagainya. Seandainya aku memang BUKAN orang yang serius, pasti aku hanya tertawa dan melupakan begitu saja. Karena apapun yang dinyatakan akan mudah terpatahkan.

Lalu, apakah serius itu menyiksa dan buruk? Aku tidak pernah berpikir bahwa tulisan-tulisan ini akan masuk dalam kategori serius. Dalam mengetiknya pun aku tidak pernah sambil jidat berkerut dan bolak balik membuka halaman referensi. Jadi terpikir kemudian, memang serius itu begitu? Apa itu serius?

Kalau hanya isu politik, ekonomi, dan kenegaraan dianggap serius, rasanya tidak adil. Semua yang ada di dunia ini serius! Aku juga serius menertawakan diriku. Kalau tidak serius, mana bisa terbahak-bahak. Aku mencoba mencari kesalahan dari sesuatu pernyataan yang benar. Kurang bodoh apa lagi itu? Membuat diri ingin terbahak-bahak.

Bahkan membuat kue juga harus serius. Kalau tidak serius, nanti kuenya bisa gosong. Kalaupun gosong tidak apa karena itu berarti ovennya terlalu serius memanggang si kue. Hahaha.

Jadi, saya anggap kata-kata dari teman saya itu adalah pujian. Walau pada awalnya sulit diterima. Kalau untuk panjang tidaknya suatu tulisan yang aku muat dalam blog ini, aku cuma bisa bilang kalau itu tergantung. Kadang aku bosan mengetiknya dan kadang juga aku berpikir kalau orang yang membaca bisa kebosanan hingga tertidur kalau terlalu panjang.

Terima kasih teman! Telah mengirimkanku surat dan kartu pos. LUAR BIASA!

Komentar

Postingan Populer