The Sorcerer's Apprentice

Tulisan gue kali ini pengen gue bikin sebrutal mungkin. Lagi bawel ga ketulungan dan ini terasa lucu sekali.


I just got back from movie theater, i was watching my old friend (maybe he is old-actually, it depends on how old you are (readers)). The Sorcerer's Apprentice. Ternyata gue hampir sepenuhnya setuju ama nyang nulis di IMBD kalau ni film masuk ke genre (genre itu bahsa Indonesia-nya apa ya?) action, adventure, comedy, dan drama. I prefer drama, drama, drama, and action. Hahahaha. I kinda enjoyed it.


Hal pertama yang harus dikomentari adalah emang kalau mau jadi jagoan itu kudu pinter yah? Spiderman kan juga pinter, wartawan dan suka apa itu entah yang berbau sains dan hitung-hitungan itu. Si -eh, bentar, kok gue lupa namanya- hmm... siapa ya? Aha! David! Or juga dipanggil Dave. Gara-gara kejadian bodoh di umur 10 tahun. Dia menjadi berada dalam kurungan kebodohan -sesuatu berbunyi seperti itulah pokoknya-. Dia menyukai fisika so much! Yang bikin tambah lucu adalah ketika dia mengeakui bahwa tugas akhisnya yang selama ini dikerjakan tampak kurang, dan ketika ditambah dengan musik yang dia dengar ketika si nona cantik-dan-manis-yang-mirip-sekali-dengan-Bella-Swan siaran di radio kampus. So sweet? Film drama gitu loh!


Gue teringat dengan konveti yang begitu banyak di tengah festival Pecinan. What I like, when the Barongsai transformed to be a real dragon. Secara keseluruhan dia menggunakan beberapa animasi kayaknya tapi agak kentang gitu deh. Ada musuh yang mengendalikan naga yang ada di perutnya. Tu orang bentar doang nongolnya. Padahal keren tuh.


Terus, si Dave meminta pada gurunya untuk memberi kesempatan mendekati si nona karena 10 tahun yang lalu, kejadian memalukan itu mengharuskan dia pindah sekolah dan berobat dengan psikiater plus diagnosa entah penyakit apa. Terpintas, Kalau 10 tahun yang lalu, pria manakah yang aku idamkan? Apa rasanya mengejar impian masa lampau? Was it fun? As good as it gets? Yup. Noone. Hahahaha. Sepuluh tahun yang lalu itu tahun 2000, pas lagi SMA kelas 1-2 dan masa-masa itu adalah masa kejayaan gue berlaku sebagai provokator kelas. Semua perhatian teralihkan dengan kegiatan fisik. Entah itu loncat-loncat di kelas, menendang pintu, berlarian, atau hanya sekedar melatih otot mulut dengan mengeluarkan suara.


After back home, emang beneran terjadi cowok-cowok jadi semacam terhambat atas keberadaan perempuan? Beneran ga sih? Berarti yang bodoh yang mana? Atau siapapun, kenapa seorang itu bisa membuat dirinya terhambat dengan adanya orang lain. Sang guru (si N. Cage) yang terlemahkan oleh adanya Victoria, termimpikan untuk memberikan kalung kepadanya. Semua orang menginginkan kisah yang sama. Gitu? 


Seperti days ago, ketika gue dan 2 orang teman, berada di kendaraan roda empat -bukan andong-.
Me: Saya bosan menyetir.
Friend: Makanya, Git, cari pacar. Kan biasanya kalo pacar plus jadi supir.
I was silence. rasa-rasanya pengen ngomong, "emang harus nyari? So far i did, emang gue ga usaha ya? Emang kudu gimana? Kalau soal pacar jadi supir, rasa-rasanya ga sreg mendengar kata itu. Kalau pergi ke suatu tempat, diantar pacar, siapa yang ga seneng? Kalau lagi cape, terus tiba-tiba ada yang datang dengan senyuman mengembang? Siapa yang ga seneng? Tapi kan semua orang juga manusia (namanya juga orang, ya manusia lah ya). Masa iya gue tega minta anterin dia kemanapun gue mau pergi, padahal dia punya kerjaan numpuk atau agenda sejibun? Would I dare?
Aku terpaku bukan karena bingung menjawab tapi karena sejuta pikiran-pikiran yang muncul.


Kembali kepada bahasan film, emang kudu segitunya yah kalau suka ma orang? Atau emang gue se-ga-romantis-itu? Kayak si nona manis yang rela meniadakan rasa takutnya akan ketinggian untuk membantu si Dave, yang barely baru ketemu lagi beberapa kali. Ga perlu konfirmasi lanjutan dulu gitu? Tapi kalo kepanjangan juga ga jadi film bioskop yah. Ntar jadi sinetron dah.


Kalau membunuh seseorang yang ada di dalam guci semudah itu, menjatuhkannya dari ketinggian. Kenapa si istri yang tidak disukai itu lama sekali menempati tempat itu yah? Itu janggal pertama. Kalau kedua, suara Dave suka terdengar double or menggetar. Itu gara-gara sound STUDIO-nya jelek banget atau karena si Dave emang gitu ya ngomongnya?


Ada lagi! Emang penyihir itu harus pake pointed shoes yah?


Owww... Ada sentuhan yang terasa disney sekali. Ketika si Dave memerintahkan para sapu, pel, dan spons membersihkan lab-nya yang kotor super duper. Gerak kain dan permainan lagunya. So Disney!


Well, yang gue suka dari film itu adalah si nona cantik-dan-manis-yang-mirip-sekali-dengan-Bella-Swan dan the idea of smart guy is so attractive. 

Komentar

Anonim mengatakan…
curhat dibalik cerita film ya ??
he
Gita P Djausal mengatakan…
hahaha..

mumpung lagi bawel. daripada disimpen jadi penyakit?
kudiarto mengatakan…
wa..ka...ka...ka... gaya penulisan lu gokil punya deh!, serasa baca majalah tempo dengan gaya anak muda! lol XD mantaps!
sez mengatakan…
curcol detected.. ;)
Gita P Djausal mengatakan…
rizal: thanks loh.. a very big compliment for me.

sez: hehe.. tau aja lo.

Postingan Populer