Rumput Hijau

Rumput halaman tetangga tampak lebih hijau dari halaman kita.

Alasannya sederhana saja. Bisa karena kita tidak punya halaman. Atau karena tanah halaman sudah ditutupi dengan konkrit atau blok batu. Karena satu dan lain hal, sehijau apapun halaman kita, halaman tetangga tampak lebih indah.

Tetangga kita punya bunga mawar yang terus bermekaran, merah menggoda. Tetangga yang sebelah sana punya pohon mangga yang ketika musimnya menggoda dengan lekuk buahnya dan lidah yang seketika mengecap rasa segar. Ada juga yang halamannya hanya rumput hijau, membangunkan rasa untuk berlari kesana kemari.

Parahnya, kalau kita merasa iri sampai mengandaikan untuk pindah rumah. Membayangkan rumah baru dengan halaman yang rumput hijaunya tumbuh subur. Bagian pojok sana ditanami berbagai mawar agar rumah terus berwarna. Halaman belakang di tanam buah mangga. Kalau-kalau dia berbuah, itu menjadi pemandangan yang indah.

Sebetulnya seberapa hijau rumput tetangga? Seberapa bagus halaman tetangga? Haruskah kita iri?

Kalau tetangga cuma punya mawar. Kita punya bunga yang mengundang burung penghisap madu untuk hadir dan berkicau di pagi hari. Dua batang pohon yang berbunga dan bunganya bisa kita makan. Belum lagi koleksi bunga kamboja (dengan nama beken Adenium) yang berbunga untuk waktu yang lebih lama dan warna yang beragam. Ada juga bunga yang diberikan oleh teman terdekat baru saja berbunga. Belum lagi kalau Kemuning berbunga dengan semerbak wanginya. Yang itu juga, yang sebelah sana juga ada. Bunga-bunga mungil itu mengundang lebah dan kupu-kupu, para serangga penghisap madu untuk hadir.

Pohon yang berbuah memang bukan mangga. Ada buah tin yang sebesar bola golf. Ada lagi yang lebih kecil, rambutan hutan yang pernah merambat di pohon jambu bangkok. Di sebelah pohon bambu, ada pohon yang begitu sopan, sampai-sampai buahnya dia panggil nona (buah nona). Yang paling luar biasa adalah pohon nangka yang tidak pernah berhenti berbuah. Buah nangka itu lalu dibagikan kepada keluarga-keluarga terdekat yang berarti memperpanjang pahala dari sepetak halaman yang ada.

Setelah semua itu, masihkah kita perlu halaman luas yang ditumbuhi oleh rumput segar?

Manusia selalu tidak pernah puas. Seluas apapun halaman yang dimiliki kadang tidak pernah cukup. Berhentilah sejenak. Amati benar apa yang terjadi halaman kita, hitung apa yang sebelumnya tidak pernah terhitung. Siapa tahu, seketika manfaat sepetak halaman kita dapat menjadi seluas yang kita mau.

Kita nikmati saja apa yang ada. Tidak ada yang perlu kita kejar, toh, waktu datang dengan sendirinya. Bersyukurlah.

Komentar

dheaditya's mengatakan…
Alhamdulillah. :)

Postingan Populer