Semu

Sakit.

Mungkin dia hanya peduli dengan apa yang aku lihat. Dia salah. Panca indraku lengkap. Ditambah, Tuhan memberikanku hati nurani agar aku dapat menjalani hidup lebih baik.

Aku tahu apa yang aku lihat. Dengan mudah saja, aku dapat menutup mataku dan aku kehilangan warna dalam pengelihatan.

Aku masih memiliki perasaan. Kau minta aku untuk menutup mata dan telinga. Namun, otakku masih bekerja. Rekaman kejadian-kejadian masih tersimpan dengan baik dalam memori. Dari yang lalu, aku dapat membayangkan masa depan. Permintaanmu tidak masuk di akal bagiku.

Aku sudah cukup melihat. Telah banyak mendengar. Akupun telah berpikir. Jangan pernah kamu berpikir bahwa aku cukup bodoh untuk kamu kelabui. Hanya saja, kamu kurang pintar mengakui bahwa ternyata kau bodoh.

Kalau saja kamu gunakan hati nurani demi kebaikan dirimu. Kamu akan sadar. Sesungguhnya, pujian-pujian bisa saja semu. Mereka hanya terdengar karena hanya itu yang ingin kamu dengar.

Kemudian, kamu terkesan picik. Karena kamu tak ingin mendengar kenyataan. Kamu hanya ingin yang semu. Kamu ingin hidup dalam dunia penuh kesemuan. Kamu anggap itu kebahagiaan. Kamu tutupi yang nyata dengan semu.

Bunga layu itu kamu coba warnai. Kelopak yang layu, kamu ganti dengan kertas. Daun yang gugur kamu lekatkan dengan lem.

Apa yang kamu ingin kejar? Kesemuan yang sempurna?

Tinggalkan saja dunia nyata, kalau memang merasa seperti itu.

Komentar

Anonim mengatakan…
kok belum ada yg komen?

Postingan Populer