Biar Lebih Dewasa
Kemarin, bersama beberapa teman, kita datang ke pesta ulang tahun salah satu anggota UKM POTRET UNPAR. Ulang tahun yang ke-17. Itu artinya orang yang berulang tahun ini berbeda 8 tahun dengan saya. Tentunya, ini bisa saja menimbulkan pendapat para teman yang membaca.
Seru dong!
Ga ketuaan, Git.
Emang lo ga ada kerjaan lain ya?
Makan apa aja lo?
Ada yang seger-seger ga?
Mood-nya lagi bagus untuk jadi party crasher. Hihihi. Mohon maaf buat yang punya pesta. Ada satu bagian yang buat saya menggelitik.
MC: ... kenapa sekarang pilih venue di sini?
BG: ... karena pengen lebih dewasa aja.
Alasan yang masuk akal. Manusia seringkali berharap kalau pilihannya di waktu yang akan datang adalah pilihan yang dewasa. Ada juga salah satu temanku, tidak mau lagi dianggap kekanak-kanakan dan menyatakan bahwa, 'Aku kan dewasa.' Entahlah.
Kemudian, seketika saya tertegun. Kenapa orang pada umumnya ingin menjadi dewasa? Apa yang menyebabkan dewasa begitu berbeda?
Jika dewasa itu diartikan sebagai
tidak manja lagi
tidak menangis lagi
tidak bertindak konyol lagi.
Berarti dengan percaya diri, saya menyatakan bahwa sama sekali tidak dewasa dan tidak ingin menjadi.
Bisa saja dewasa diartikan sebagai
sadar diri
bijaksana
cermat
bertanggung jawab
mandiri.
Saya adalah orang yang mudah sekali berekspresi. Menitikkan air mata salah satunya. Kalau untuk menjadi dewasa itu berarti tidak menangis lagi. Saya memilih menyerah saja. Daripada itu, sepertinya lebih enak kalau kita menjadi pribadi yang sadar diri. Sadar diri mengenai kapan patutnya mengekspresikan diri selepasnya atau ditutupi sama sekali. Bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan dan akan dilakukan.
Terkait dengan pesta teman saya itu. Di tengah acara, sang pembawa acara mengundang para cowok untuk hadir di depan dan mengikuti permainan yang berhadiahkan benda berteknologi. Para cowok itu kemudian diberikan peraturan yang mengharuskan mereka menanggalkan pakaian, sampai tinggal satu pakaian (dalam) saja yang dipakai. Dewasa macam apa itu? Merasa terjadi ke-tidakkonsisten-an sang penyelenggara pesta. Terlalu dewasakah dia sampai-sampai saya tidak mengerti nilai dasar penanggalan baju itu.
Saya menyerah. Bingung mau menyatakan apalagi. Yang pasti, saya masih mau meloncat-loncat jika saya mendengar musik yang saya suka. Menangis ketika tidak ada cara lain untuk mengekspresikan rasa di hati. Tertawa lepas pada saat teman-teman terbaik berada di sekitar. Dan terdiam ketika kepala ini harus beristirahat untuk berpikir demi menikmati waktu yang berjalan.
Seru dong!
Ga ketuaan, Git.
Emang lo ga ada kerjaan lain ya?
Makan apa aja lo?
Ada yang seger-seger ga?
Mood-nya lagi bagus untuk jadi party crasher. Hihihi. Mohon maaf buat yang punya pesta. Ada satu bagian yang buat saya menggelitik.
MC: ... kenapa sekarang pilih venue di sini?
BG: ... karena pengen lebih dewasa aja.
Alasan yang masuk akal. Manusia seringkali berharap kalau pilihannya di waktu yang akan datang adalah pilihan yang dewasa. Ada juga salah satu temanku, tidak mau lagi dianggap kekanak-kanakan dan menyatakan bahwa, 'Aku kan dewasa.' Entahlah.
Kemudian, seketika saya tertegun. Kenapa orang pada umumnya ingin menjadi dewasa? Apa yang menyebabkan dewasa begitu berbeda?
Jika dewasa itu diartikan sebagai
tidak manja lagi
tidak menangis lagi
tidak bertindak konyol lagi.
Berarti dengan percaya diri, saya menyatakan bahwa sama sekali tidak dewasa dan tidak ingin menjadi.
Bisa saja dewasa diartikan sebagai
sadar diri
bijaksana
cermat
bertanggung jawab
mandiri.
Saya adalah orang yang mudah sekali berekspresi. Menitikkan air mata salah satunya. Kalau untuk menjadi dewasa itu berarti tidak menangis lagi. Saya memilih menyerah saja. Daripada itu, sepertinya lebih enak kalau kita menjadi pribadi yang sadar diri. Sadar diri mengenai kapan patutnya mengekspresikan diri selepasnya atau ditutupi sama sekali. Bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan dan akan dilakukan.
Terkait dengan pesta teman saya itu. Di tengah acara, sang pembawa acara mengundang para cowok untuk hadir di depan dan mengikuti permainan yang berhadiahkan benda berteknologi. Para cowok itu kemudian diberikan peraturan yang mengharuskan mereka menanggalkan pakaian, sampai tinggal satu pakaian (dalam) saja yang dipakai. Dewasa macam apa itu? Merasa terjadi ke-tidakkonsisten-an sang penyelenggara pesta. Terlalu dewasakah dia sampai-sampai saya tidak mengerti nilai dasar penanggalan baju itu.
Saya menyerah. Bingung mau menyatakan apalagi. Yang pasti, saya masih mau meloncat-loncat jika saya mendengar musik yang saya suka. Menangis ketika tidak ada cara lain untuk mengekspresikan rasa di hati. Tertawa lepas pada saat teman-teman terbaik berada di sekitar. Dan terdiam ketika kepala ini harus beristirahat untuk berpikir demi menikmati waktu yang berjalan.
Komentar
kalo ada yg bilang, "aku kan dewasaaa", kalo aku sih, kalo misalnya nih ya, kalo misalnya, haha, aku yg bilang gtu.. itu tandanya bukan apa-apa ko. itu tanda biar orang2 jadi diem dan berhenti mengganggu dan mengolok-ngolok dan sebagainya. tapi ya tetep aja, kalo emang dewasa seperti yg di definisi pertama, ya sama juga, aku milih buat ga jadi dewasa aja. yg penting ya tetep begini selama nyaman, tp yaaa, sekali2 boleh doong mau sok2 dewasa. HAUAHAUAHAHAHA.
;p
ada yang mau terlihat dewasa padahal sebenernya gak sama sekali dalam kehidupan praktisnya,
ada yang tingkah laku anak kecil tp bisa memahami kehidupan lebih dalam, dan lain sebagainya.
sebagai manusia yang dilahirkan dengan berbagai pilihan itu menjadi sah-sah aja selama gak mengganggu orang lain.
*oh ya, bumi sangkuriang memang pilihan tempat biar lebih TERLIHAT dewasa git,soalnya ada wine-nya. *LOL!
Maksudnya nana sering menyatakan itu? Itu sih cuma masalah kata-kata na. yang penting kan sikap. Hehe
For dhea,
seperti kata-kata yang gue sebutkan dalam tulisan itu. Aku sih lebih memilih untuk menyatakan, gue akan berusaha lebih bertanggung jawab, dibanding menggunakan kata dewasa.
selebihnya, seperti kata nana dan dhea. Itu semua pilihan.
Wih, nana banget nih dhe.. ;p
Maksudnya nana sering menyatakan itu? Itu sih cuma masalah kata-kata na. yang penting kan sikap. Hehe
Kan itu misalnya git, misalnya loh ya.. haha.
idih, dhea ya sadis terus ni komentar mengenai kehidupannya, aseeekkk. hahaha.