tag:blogger.com,1999:blog-78361118598973285112024-02-19T19:42:54.941+07:00Pikiran Tanpa Hentihanya penggalan pikiran yang terus berputar dan tertuang dalam tulisan.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.comBlogger171125tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-16363015333035575612023-09-02T21:00:00.001+07:002023-10-20T06:50:20.467+07:00Sarapan Enak di Bandar Lampung (1)Salah satu tempat sarapan lejen (alias <i>legend</i>) di Bandar Lampung adalah Warung Kopi Dunia 2 (eh, saya juga belum tahu ding yang pertama ada dimana. Tempatnya bukan tempat yang nyaman buat nongkrong lama-lama. Tempat yang enak buat makan. <i>Indeed</i>.<div><br></div><div>Alamatnya di jalan Kartini, Bandar Lampung, or you can check in <a href="https://maps.app.goo.gl/PSCE9vinq8pMu8aU9">Google Maps</a>.</div><div><br></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhd5UJfXMDENTMyzE1RRjGzgVdYpRjax3Jt9uDwMY041yge1Mk1w808T7hPxwycFEMtcqgXvNnxNsJuC_lmmlJ2CumiaBdOoEwNLAhic5lX_FF5zuOWdHqFt5JTY4IHpBOA_d5rNcJUEMXkKfSkjyH5nD23Se7EnOR3tUzhox0eerK20UJUe4NVsJzXADh1" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhd5UJfXMDENTMyzE1RRjGzgVdYpRjax3Jt9uDwMY041yge1Mk1w808T7hPxwycFEMtcqgXvNnxNsJuC_lmmlJ2CumiaBdOoEwNLAhic5lX_FF5zuOWdHqFt5JTY4IHpBOA_d5rNcJUEMXkKfSkjyH5nD23Se7EnOR3tUzhox0eerK20UJUe4NVsJzXADh1" width="400">
</a>
</div><br></div><div>Anak saya nasi person, jadi dia pesan Nasi Tim. Untuk saya, pesan bubur ayam 1/2 porsi.</div>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-72885570550818466332023-04-18T18:34:00.001+07:002023-04-18T18:34:58.607+07:00(Terlalu) Lelah MerasaSeiring waktu berjalan, banyak pengalaman, persinggungan, dan gejolak hidup yang kita alami. Tidak ada satupun yang dapat diulang, karena (tentu saja) kita bukan penjelajah waktu. Waktu terus maju.<div><br></div><div>Penyesalan menjadi suatu hal yang mustahal, alias mustahil. Bagiku, manusia berakal patut tahu akan segala konsekuensi atas tindakannya. Maka, yang dijalani atas respon tindakan masa lampau adalah akibat.</div><div><br></div><div>Sebagian orang, tidak sadar. Mereka hanya terus saja menjalani waktu, tanpa juga mengetahui sebab-akibat atas perbuatan-konsekuensi. Sebagian, bisa juga berada di masa tunggu (<i>pause</i>), menunggu saat yang mereka inginkan kembali dapat dimainkan (<i>play</i>). Ada juga yang menjalani waktu dengan penuh pertimbangan, walau kejutan selalu akan hadir.</div><div><br></div><div>Rasa sesal itu manusiawi. Namun, sesal atas lampau juga bisa membuat kita menolak takdir. Tangisi saja kesalahan di masa itu. Nyatakan bahwa kebodohan telah terjadi. Lalu? Apakah kita kan diam menjalani waktu?</div><div><br></div><div>Catat dan camkan. Hindari kesalahan yang sama. Nikmati waktu dengan kebaikan dan tujuannya. Manusia hanya hidup satu kali.</div>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-88955333950217848772021-05-06T06:17:00.002+07:002021-05-06T06:17:51.576+07:00Perbincangan Daring Tanpa Bicara<p>Pandemi Covid-19 sudah jelas mengubah cara kita berinteraksi dan, <i>ujung-ujungnya</i>, manusia harus mampu beradaptasi, melakukan mitigasi. Pertanyaan yang harus dijawab adalah "<i>Udah belajar apa aja, sih, setahun ini?". </i>Kita dipaksa dan terpaksa untuk tetap di rumah (walau tetap ada <i>bandel</i>-nya), menyusun kebiasaan baru, <i>oh</i>, justru mengembalikan kebiasaan lama. Seperti apa yang terjadi pada diri saya, merindukan menuliskan buah pikiran dan rasa. <i>How good it is sound.</i></p><p><i><br /></i></p><p>Sampai pada suatu titik, <i>kok gue banyak nonton podcast, ya. </i>Padahal, kalau ditanya arti podcast, <i>nggak </i>paham juga. <i>Stupidly saying</i>. Harap maklum, <i>ya</i>. <i>Gaptek, ya, anggap, aja, demikian.</i> Harapannya, <i>sih, </i>mampu beradaptasi dengan masyarakat yang makin <i>digital, </i>interaksi yang makin elektronik.</p><p><br /></p><p>Balik ke <i>podcast. </i>Asumsinya, <i>podcast </i>itu acara yang ada di <i>any kind of digital media</i> yang isinya ngobrol-ngobrol. Seru. Kebanyakan yang ditontoh, <i>sih</i>, para artis saling mengundang artis, lalu mengungkap romantisme kehidupan.</p><p><br /></p><p><i>Kok, kangen, ya.</i> Perbincangan daring itu terjadi pada diriku, walau tanpa bicara. Ketika menonton, semua perhatian tertuju pada perbincangan, padahal kita berada di ruang dan waktu yang berbeda. Kemudian, perbincangan itu mengingatkanku betapa dulu selalu diberikan rasa kagum atas romantisme kehidupan. Melihat kotak sampah yang terisi semenjak sore hingga malam, dari kosong menjadi penuh. Memerhatikan jalan setapak dengan jatuhnya daun kering tertiup angin. Menyebrangi jalanan menuju destinasi perjalanan hari itu.</p><p><br /></p><p>Teman-teman yang dulu menjadi lawan diskusi, tempat mempertanyakan arti-arti kehidupan, <i>akankah kita membuat hidup lebih bermakna?</i>. Perbincangan yang dulu menguap begitu, <i>saja</i>. Perlahan kembali dan memberikan afirmasi atas eksistensi diri. Bukan sosok teman yang muncul, namun rasa yang menjadi pengingat.</p><p><br /></p><p><i>I miss the conversation yang ngalar-ngidul.</i></p><p><i><br /></i></p><p>Pekerjaanku saat ini, menguatkanku untuk berbicara dan berpikir secara sistematis. Kreativitas tetap harus dibawa untuk membawa daya tarik dalam pekerjaan. Otot tegang, relaksasi menjadi kebutuhan.</p><p><br /></p><p>Mungkin ini yang membuat, kita tetap ingin menjadi muda. Ketika menjadi tua, konsekuensi yang diterima semua terkait dengan tanggung jawab. Apakah muda itu berarti tidak bertanggung jawab?</p><p><br /></p><p>Telah mengecap asinnya kehidupan. <i>Been there, done that</i>. Mungkin, <i>saja</i>. <i>Bisa jadi.</i></p><p><i><br /></i></p><p>Aku sudah mulai menulis kembali, bukan menulis laporan pekerjaan. Menulis segala perdebatan yang terjadi di kepala. Sebagian. Pikiran lainnya menguap seiring aktivitas hari-hari penyita waktu.</p><p><br /></p><p>Kamu, tetap sehat, <i>ya</i>.</p><p>Kita harus tetap sehat karena masa depan masih akan datang.</p>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-66348648313525327662018-08-15T03:54:00.003+07:002018-08-15T03:54:31.511+07:00Petani Semakin TuaAkhir pekan lalu, 11-12 Agustus 2018, saya mengikuti <i>workshop </i>dengan topik utama agraria. Kegiatan ini diselenggarakan oleh <i>Edelweiss Center for Sustainable Development </i>(ECSD). Narasumber utama adalah Prof. Ben White, (pensiunan) dosen di <i>International Institute of Social Studies</i>, Netherland.<br />
<br />
Pada tulisan ini, saya <i>nggak </i>mau menceritakan tentang dinamika workshop berlangsung atau diskusi <i>apa saja </i>yang terjadi. Lebih tertarik untuk mengeksplorasi buah pikiran <i>gue sendiri </i>yang (walau) diakibatkan oleh perdiskusian tersebut. Tentu saja, saya tidak memiliki data yang relevan atau argumentasi yang paling tepat, jadi kalau ada yang baca blog ini, tolong jangan dikutip, <i>yah.</i> <i>Unreliable opinion.</i><br />
<i><br /></i>
Tantangan yang akan dihadapi (<i>most participants agreed on this</i>) adalah semakin sedikitnya pemuda (<i>youth)</i> yang mau/akan jadi petani. Keadaan saat ini menunjukkan bahwa petani semakin tua. Tua ini berarti secara fisik mereka (mungkin beberapa, <i>lah</i>, <i>ya</i>) tidak sekuat pemuda dan itu (<i>lagi-lagi) </i>mungkin mempengaruhi produktivitas.<br />
<br />
Petani semakin tua. Apakah suatu hal yang baik atau buruk? Ataukah situasi tersebut mampu merefleksikan suatu hal? Pertanyaan lain yang paling sulit untuk saya jawab sendiri adalah apa tujuan dari perdebatan/pergerakan/perjuangan agraria ini? Kesejahteraan? Keadilan? (yang kata adil pun seringkali memiliki keberpihakan). Harap maklum, saya pendatang baru dalam isu ini.<br />
<br />
Pak Ben juga bilang (kita semua juga bisa cek di sebaran data yang ada di internet, tinggal <i>google) </i>bahwa <a href="https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1114" target="_blank">umur harapan hidup</a> manusia sekarang makin tinggi. Manusia Indonesia semakin sehat. Petani juga walau tua, tetap sehat (harapan saya, <i>sih</i>,<i> </i>demikian).<br />
<br />
Lalu, apa salahnya dengan petani makin tua? Sepintas terpikir, <i>jangan-jangan</i> dalam sektor pertanian, atau sepetak lahan tani memiliki daya serap maksimal. Sehingga, kalau <i>yang tua</i> belum pensiun dari lahan tadi, <i>yang muda </i>belum bisa masuk (bekerja). Maka, umur memasuki sektor pertanian di usia yang cukup matang.<br />
<br />
Alternatif solusi yang kemudian terpikir, mungkin harus ada pekerjaan sela, sebelum mereka menjadi petani tetap (meminjam istilah pegawai tetap). Pemuda (<i>youth</i>) diskenariokan untuk memiliki pekerjaan sela atau <i>yang tua</i> diberikan pekerjaan pensiunan petani. Atau lebih pada model bisnis? Aktivitas bisnis yang berkenaan dengan sektor pertanian. Maka alternatif lain yang muncul menjadi (misal) wisata agraria, wisata panen padi, wisata petik buah, dsb. Besaran nilai tambah seringkali pertimbangan utama bagi pebisnis (petani).<br />
<br />
Pernyataan Pak Ben, di lain kesempatan, kuliah umum 14 Agustus 2018 di FISIP Universitas Lampung, <i>pertanian memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi</i>. Pernyataan lainnya, kurang-lebih, <i>dinyatakan modern ketika hal tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat</i>. Indonesia saat ini membutuhkan lowongan pekerjaan, mengurangi pengangguran. Mengapa tidak sektor pertanian dibuat daya serap maksimum? Ini buah pikiran yang menarik. Sebelumnya tidak terpikirkan. Secara umum ini mengartikan bahwa pemerintah patutnya memiliki kebijakan yang mendukung sektor pertanian dengan pertimbangan di antaranya: penyerapan tenaga kerja, ketahanan pangan, dan kemampuan produksi.<br />
<br />
Ini <i>beneran </i>PR. Kalau saya dan rekan-rekan akan melakukan riset mengenai sektor agraria, saya pasti pusing sendiri dengan pikiran-pikiran ini. Belum lagi permasalahan lain yang belum saya sebut, seperti kepemilikan lahan, relasi antar anggota keluarga, pola reproduksi rumah tangga, sampai dengan kebijakan publik yang <i>pro </i>pertanian hingga tingkat internasional.<br />
<br />
Ayo, jadi petani!Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-27267632037127968602018-03-17T21:29:00.000+07:002018-03-17T21:29:08.712+07:00Persinggungan JalanJika kita andaikan, kehidupan ini seperti setapak jalan, melangkah dalam waktu, maka tiap jejaknya akan kentara membekas. Dalam ilusi, tapak jalan yang terjadi memungkinkan kita untuk bertemu, berjauhan, dan juga berdampingan. Diri kita yang tetap berjalan, orang lain yang memilih setapak yang berbeda, seketika itu menghilang dari pandangan.<br />
<br />
Istilah yang teman saya dulu sering bilang, "<i>Pathnya ga crossing crossing</i>". Sekarang, <i>sih</i>, sudah ada <i>Path</i>, tinggal unduh saja aplikasinya di telepon genggam. Semudah itu <i>crossing</i>.<br />
<br />
Sayangnya, kita ini masih manusia. Bukan robot. Secanggih apapun teknologi yang berkembang, interaksi primitif masih dibutuhkan. Kita masih butuh jabat tangan, berpegangan tangan, berpelukan, dan terserah saja.<br />
<br />
Bagi saya, jabatan tangan pertama itu memberikan impresi. Apakah impresi pertama itu benar atau tidak, silakan dibuktikan masing-masing. Selayaknya manusia yang baik, tidak tepat menilai di pertemuan pertama, saran saya.<br />
<br />
Sejarah berulang. Ada juga yang bilang, kalau sejarah berulang, berarti manusia tidak belajar sejarah. Entah bagaimana, kita mungkin bertemu dengan teman-teman yang memiliki kemiripan dengan teman-teman yang sudah lama kita kenal. Setidaknya, setidaknya 3 orang berbintang Cancer adalah sahabatku ketika sekolah, ketika kuliah aku mendapatkan 2 sahabat berbintang Cancer. Suamiku Libra, seingatku ada 3 sahabatku juga berbintang Libra. Kebetulan? Tidak juga. Pas <i>pathnya crossing, saja</i>.<br />
<br />
Menikmati hidup itu paling mudah. Memperhatikan tanda-tanda yang ada, menyerap informasi yang tersaji, dan menghirup udara lebih dalam. Waktu akan menjadi penentunya. Pada titik-titik tertentu itu yang menjadi pertemuan kita, kamu (pembaca blog ini) dan saya. Titik pertemuan kita berikutnya menjadi misteri. Kepentingannya, adalah rasa ingin tahu kita penjawabnya.<br />
<br />
Hal yang pasti, setapak ini selalu sejalan dengan keluarga. Darmanto, Djausal, dan Soekardi. <i>Never let them go</i>.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-61540835672557748812017-11-03T22:43:00.000+07:002017-11-03T22:43:12.064+07:00Lihat di SekelilingmuPercaya <i>ga </i>percaya, salah satu pernyataan yang sering temanku bilang. Terpaksa kupinjam untuk tulisan kali ini. Satu hal dua, karena ternyata kadang kita belum percaya sekarang, selalu nanti percaya.<br />
<br />
Pertemuan dengan teman lainnya, membuatku harus mengingat kembali beberapa peristiwa di masa lalu. Hal-hal yang mungkin mendukung dan menjadikanku seperti sekarang ini. Bukan secara langsung terkait pada personal, tapi pada perkara <i>how do i like enjoying my time</i>.<br />
<br />
Waktu selalu konsisten. Seperti slogan, <i>always moving forward</i>. Bagi orang-orang yang senang membaca buku fiksi ilmiah, (mungkin) waktu jelas terus berjalan, namun bersamaan dengan itu mungkin terjadi paralel waktu terjadi. Sederhananya, kalau mungkin ada yang berpikir, ada kenyataan lain yang berjalan bersamaan dengan kenyataan yang ini, maka pada kenyataan yang lain mungkin kita akan memiliki keputusan yang berbeda.<br />
<br />
Kembali pada judul, pembicaraan itu membuat saya melihat kembali sekeliling saya di masa lampau dan hingga sekarang. Dalam lini masa, titik-titik waktu memungkinkanku memiliki pengalaman musik.<br />
<br />
Kaset pertama yang dibeli, dianjurkan oleh kakak tertuaku Kaset yang sengaja dibeli dari uang tabunganku sendiri. Meminta dipilihkan karena saat itu saya tidak tahu artis yang bagus. Mungkin seperti ilmu sosial, manusia memiliki kemampuan dasar: imitasi. Jadi, saya mengimitasi kakak saya.<br />
<br />
Kalau anak 90-an, <i>siapa yang ga dengerin Slank</i>. Bagi saya, saat itu, kakak saya pendengar Slank garis kelas. Periode awal Slank, Dewa19, dan Gigi muncul.<br />
<br />
Jaman SD atau SMP (entahlah), orang tua saya memanggil seseorang untuk mengajarkan bermain gitar. Beberapa orang di sekitar saya mengajarkan cara memainkan gitar. Salah satu lagu yang akan saya nikmati memainkannya (sampai sekarang) <i>More Than Words-Extreme</i>. Lagu itu sepupuku yang mengajarkannya.<br />
<br />
Jaman kuliah, jamannya bermandikan musik setiap minggu (hampir). Band-band Bandung yang saat itu baru kukenal. Kemudian, menjadi penikmat <i>Mocca, Bubi Chen (LIVE!!!), Idang Rasjidi (</i>Live juga lho<i>), </i>grup yang kemudian membentuk <i>D'cinnamons</i>, groupiesnya <i>Equinox (</i>duonya temenku, Pai <i>and </i>Dina). Juga pernah sengaja ke Jakarta untuk nonton <i>Jazz Goes to Campus </i>dan pastinya <i>Java Jazz </i>(yang ini sih setelah lulus). Bahkan, foto <i>bareng</i> Bubi Chen menjadi mungkin.<br />
<br />
Sewaktu jadi mahasiswa, saya juga ikutan UKM Lingkung Seni Sunda (LISTRA) (yang sekarang super membanggakan). Ketika berlatih gamelan, teman-temanku diajak berkolabirasi memainkan lagu dengan iringan biola. Maaf ya, saya lupa loh namanya tapi terima kasih sudah memberikan pertunjukan yang menyenangkan.<br />
<br />
Satu hal yang secara hidup kunikmati, ketika nonton langsung Endah N Rhesa, 2 kali dalam minggu yang sama. Pertama, aku foto, cetak, belikan pigura. Pada saat pertunjukan kedua, sengaja mencari waktu untuk memberikan foto itu.<br />
<br />
Ada 1 teman lama, sudah lama tak bersua dan bercengkerama -entah dia ingat atau tidak-, <i>her fave music group</i>: 4peniti. Sangat menyenangkan untuk mendengarkan mereka bermain langsung (<i>live</i>).<br />
<br />
<i>Hollywood Nobody </i>dulu, saya kenal vokalis dan juga sang keyboardist. <i>I adore her voice. </i>Sekarang di Makasar, coba aja datang ke se.cangkir.<br />
<br />
Sekeliling aku, sahabat SMA dulu ada yang jadi DJ. Gara-gara dia, selama 18 hari berturut-turut mempersiapkan dan menikmati panggung musik dan pagelaran seni. I did enjoy every adrenalin because the beat. Dari sekian performance, ada 1 band jazz. Cuma 1.<br />
<br />
Setelah menikah, dan selama hamil Banyu sering banget nonton <i>band/music performance</i> yang kebanyakan adalah teman suami saya.<br />
<br />
<i>Life is fun with music. I need more music vitamin</i>.<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03272827332649196773noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-71783154779816262692017-06-20T20:03:00.003+07:002017-06-20T20:03:52.716+07:00Sejati ManusiaHidup itu kita yang punya. Kita yang tentukan. Hal-hal yang ada dan terjadi karena peran manusia sendiri. Percaya atau tidak.<br />
<br />
Sampai pada waktunya (dulu) sayapun mempertanyakan, setiap kali (rasanya) saya diberikan cobaan, adakah benar Tuhan memberikanku cobaan seperti ini? Saatnya kita memaknai hidup manusia. Salah satu yang saya percaya (Anda tidak perlu), bahwa Allah memberikan umat-Nya petunjuk. Bukan saja yang Dia telah sampaikan tapi semesta terkadang menunjukkan kebenaran ada-Nya.<br />
<br />
Apa yang terjadi pada diriku (sampai) saat ini pun kusadari (sebagian besar) karena hendakku dan sadarku. Puaskah? Jika memang ini adalah batas mampuku sebagai manusia. Kepuasan tidak lagi perlu ditanyakan. Sejati sudah.<br />
<br />
Terasa beberapa langkah dalam hidup begitu berat. Bahkan, kuasa terbesar dalam diri hanya ingin terdiam. Diam sesaat. Bukan untuk menikmati waktu yang ada, namun hanya menatap kekosongan. Kehampaan.<br />
<br />
Jika hidup kita usai, menyesalkah kita?<br />
<br />
Maka, walau berat, kaki harus tetap melangkah. Saya memilih untuk melangkah ke depan. Terlalu lelah untuk melihat ke belakang.<br />
<br />
Jalan ini masih perlu ditentukan; lurus, belok kanan atau belok kiri.<br />
<br />
Lakukanlah hal-hal yang lebih menyenangkan untuk menikmati hidup. Berkelok itu biasa. Lurus saja bahkan terlalu biasa. Pembeda utama berada pada pemandangan di kanan dan kiri jalan, juga daya tarik penghenti waktu. Demi kehidupan yang lebih menyenangkan.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-81197827931846926832015-05-27T23:45:00.000+07:002015-05-27T23:45:28.066+07:00Pelajaran Menghargai<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">"<i>Ketika
mereka merasa terluka, mereka menangis dan pergi jauh dari kita.</i>".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Padahal
setiap luka akan sembuh. Sesakit apapun luka itu, tubuh ini akan berusaha untuk
sembuh, kembali pulih seperti senantiasa. Mungkin justru itu yang ktia
perlukan, terluka dan penyembuhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Bukan
sesungguhnya tentang luka berdarah. Tentang hati yang terluka, mudah tersakiti
oleh ilusi. Ilusi yang berhasil membentuk perspektif melukai pada perasaan
kita. Apakah artinya pikiran kita begitu kejam hingga kita mampu membuat diri
kita sendiri terluka?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pikiran kita membentuk suatu imajinasi, suatu gambaran dengan deskripsi yang terasa begitu nyata. Kadang kita terlupa bahwa kita memenangkan rasa dan lupa melibatkan daya pikir yang berlogika. Kita dikalahkan rasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Bagi
sebagian besar orang, keinginan untuk menjadi lebih baik itu selalu ada. Entah
apapun itu. Alasan apapun itu. Akupun demikian, berusaha untuk lebih baik. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Ketika
SMP, aku diajarkan berteman baik dengan banyak orang oleh sahabatku. Lalu, aku
tidak bisa selamanya bergantung bersamanya untuk menjadi "orang" yang
kumau. Aku harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ternyata,
setelah berbagai kisah, persahabatan dan pertentangan yang aku alami. Kunci
utama yang harus kita lakukan adalah menghargai orang lain. Dengan penuh
pengharapan, mereka juga akan menghargai diri ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Seperti
keponakanku yang menyukai warna merah. Tentu saja kalau ingin membuat dia
bahagia, belikanlah dia baju berwarna merah. Kalau kita paksa dia untuk memakai
hijau, yang adalah warna kesukaan kita, pastilah akan ada konflik yang terjadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Konflik
memang sesuatu yang mungkin terjadi dan kadang kala tidak bisa kita hindari.
Aku hanya bisa berusaha untuk meredamnya atau membuat konflik tidak
berkepanjangan. Bukankah tiap dari kita memang individu yang berbeda?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pertanyaan
yang patut kita pertanyakan pada diri kita adalah "<i>Seberapa mampu kita
memaksa diri kita untuk menghargai orang lain, tanpa syarat. Menerima mereka
apa adanya.</i>".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aku
bisa membayangkan aku ketika di awal umur 20 tahun. Darah masih mendidih.
Pemudi yang merasa dan berpikir bahwa dia akan melakukan yang terbaik dan
perubahan di dunia ini. Penuh harapan yang luar biasa. Mampu menyatakan bahwa
yang lain itu salah, dan yang benar selayaknya yang diinginkan. Menolak
diperintah. Memiliki keinginan sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Ternyata
tidak. Harapan memang selalu ada. Namun, pelajaran tentang hidup ditemukan pada
dua hal; buku yang dituliskan dan buku yang dibukakan halamannya oleh alam
semesta. </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Membuatku
sadar. Orang tua (dan orang yang lebih tua) adalah mereka yang telah membaca
buku kehidupan lebih dulu dan lebih banyak. Untuk itu, mereka patut kita
hargai. Atas segala keberhasilan yang telah tercapai dalam hidupnya, adalah inspirasi
bagi yang muda. Akupun berusaha bernegosiasi dengan diriku sendiri agar menjalani waktu dengan lebih baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Apakah
kita masih akan terdiam, menangisi luka, dan pergi dari yang sejati? Akankah
kita mengecap dan mewarnai hidup ini dengan penuh warna, warna hitam sekalipun? Beranikah kita menjadikan semua tempat adalah tempat ternyaman?</span></div>
Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-20745704468026673742015-04-01T01:05:00.000+07:002015-04-01T01:05:47.589+07:00Kesadaran Diri<div class="MsoNormal">
Sebagai orang yang sudah lama tidak mengisi tulisan di
<i>blog</i>nya sendiri, mencari hal yang ingin dikomentari itu sangat sulit. Pada
kehidupan sehari-hari, banyak sekali yang dikomentari. Tentang tukang sayur
yang tidak memberikan uang kembali, tukang sampah yang tidak kunjung lewat,
atau kenapa pemerintah daerah tampak seperti angin lalu begitu saja.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bercerita dan berbagi itu bukan suatu hal yang mudah.
Memilahnya agar pihak yang mungkin tersinggung tanpa sengaja begitu minim.
Membuat tulisan ini menjadi bagian dari sadar yang membaca. Mungkin sekarang
tidak lagi menjadi pilihan untuk membaca blog curahan hati semacam ini.
Entahlah. Dimanapun kamu, saya, atau bahkan kita berada, jarak kita hanya
sejauh satu tekan pada layar telepon atau tombol kiri pada tetikus. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Interaksi kita sekarang sederhana, <i>follow</i> atau <i>unfollow</i>, <i>add friend</i> atau <i>unfriend</i>, <i>accept</i> atau <i>ignore</i>.
Kita pun memiliki begitu banyak pilihan komunikasi. Bertemu langsung, berbincang
melalui telepon, kirim pesan via teks atau ragam aplikasi yang ada di telepon
genggam. Melihat info kontak di <i>Twitter</i>
yang dilanjutkan via SMS untuk menanyakan pin <i>BBM</i>, yang ternyata setelah menyimpan nomor telepon kontaknya muncul
di <i>whatssapp</i> dan <i>LINE</i>. Karena juga terhubung dengan <i>facebook</i>, ketika masuk <i>instagram</i>
muncul beberapa kontak sebagai rekomendasi. Lalu, apa yang menjadi pilihan
kita?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya sebagai pedagang kue, tidak masalah apapun yang
dipilih. Asal hal tersebut memberikan pemasukan yang signifikan. Ya, <i>kan</i>?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saya rasa, saya pun kelelahan akan segala media sosial yang
mendunia ini. Tidak afdol kalau kita juga tidak punya akun <i>Path</i>, yang terpaksa mengunduh <i>Talk
Path</i> karena, sebut saja Mawar (nama samaran), berkata, "Gue chat di
TalkPath, <i>ya dear</i>". Atas dasar
ke-<i>kepo</i>-an saya, sayapun patut mengunduhnya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terasa begitu disita perhatian oleh media sosial.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bukankah memang itu yang kita butuhkan? Seberapa banyak
<i>love </i>yang kita dapatkan ketika mengunggah hal. Seberapa panjang
perbincangan terhadap hal yang kita unggah. Semua itu karena kebutuhan manusia: pengakuan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ke-aku-an itu yang dulu bahkan membuat saya berpikir keras,
bahkan belum bisa menemukan jawaban yang patut hingga sekarang. Siapa aku?
Mempertanyakan diri sendiri atas nyatanya keberadaan diri dan apakah benar atas
apa yang kita jawab atas pertanyaan itu sendiri. Lalu, temukanlah alasan kenapa
diri ini hidup di dunia.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Era sosial media sekarang mungkin mampu merubah itu.
"Ini aku.". Ketika foto <i>selfie</i>
menjadi keharusan. Menemukan sudut atau sisi terbaik untuk pose berkali-kali
membutuhkan keahlian khusus. Ini menjadi cara menemukan jati diri. Menyatakan
ada kepada orang lain, kepada dunia. "Kamu <i>love</i>, maka aku ada" atau "Kamu komentar, maka aku
ada". Logika sederhana dari "Saya ada karena kamu ada.".</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Apapun bentuk interaksi dan sebagainya. Wajar, <i>saja</i>. Bukan berarti saya tidak setuju
dengan kegilaan media sosial yang berterbangan di udara tanpa terlihat
(perpindahan data dari satu alat ke alat lain yang tidak tersambung kabel,
memang tak tampak, <i>kan</i>?). Saya pun
menjadi korban. Mungkin korban terlalu kasar. Saya pun menjadi pengguna segala
aplikasi tersebut. Dengan sadar bahwa pihak manapun mampu menggunakan segala
informasi yang kita unggah atau secara otomatis perangkat telekomunikasi kita
mengunggahnya. Entah menguntungkan atau merugikan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sadarkah kita atas segala yang kita unggah di dunia maya?
Sadarkah kita sudah menelanjangi diri melalui informasi yang begitu terbuka?
Hanya melalui satu tekan. Mampukah sadar kita membawa kebermanfaatan yang lebih
atas perkembangan teknologi informasi yang pesat ini?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Sadarkah kita, ketika ada kabar pembunuhan di suatu tempat,
dan yang kita nyatakan adalah "Ada fotonya?". Seketika itupun etika
kita runtuh. Sadarkah?</div>
Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-62451554427467203552014-11-05T14:27:00.000+07:002014-11-05T14:27:12.132+07:00Kisah Seorang IbuSeseorang pernah berkata, "Berikan waktu dirimu untuk mengingat semua hal yang kamu lakukan dalam satu hari. Semuanya, setiap detilnya.". Kadang, terasa bahwa 24 jam itu membatasi. Kita butuh lebih dari 24 jam untuk menyelesaikan segala hal yang terjadi di hadapan kita.<br />
<br />
Menjadi seorang ibu itu sebuah tantangan luar biasa. Tantangan seumur hidup. Karena itu dijalani sepanjang hidup, aku bahkan mungkin lebih setuju jika itu dianggap sebagai sebuah petualangan. Ya. Petualangan yang dijalani oleh satu keluarga.<br />
<br />
Petualangan memiliki anak dimulai ketika menginjakkan kaki di rumah sepulang dari rumah sakit bersalin. Ujian pertama yang aku hadapi adalah kembali membiasakan diri dengan kipas angin, bukan AC. Dan ternyata ketika pulang, listrik padam. Badan keringatan dan Banyu menangis, sampai mukanya memerah. Perjuangan. Kipas tangan pun beraksi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6iFOWROMpZll1GcJz0-XKibBbROEhtRfpfBDYyM9fcu1WfOgw7QEG2yosr5bkk6Fpk69AO2lvWxZnEn6Gqv9Fy4mVHS6o9IELtFi5wmZS1cMYNPs9UNiZoEJ406go77mWEwxkd7Gcg10N/s1600/Banyu+Nararya+-+fly+with+baloons+-+@gitadjausal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6iFOWROMpZll1GcJz0-XKibBbROEhtRfpfBDYyM9fcu1WfOgw7QEG2yosr5bkk6Fpk69AO2lvWxZnEn6Gqv9Fy4mVHS6o9IELtFi5wmZS1cMYNPs9UNiZoEJ406go77mWEwxkd7Gcg10N/s1600/Banyu+Nararya+-+fly+with+baloons+-+@gitadjausal.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<br />
Tiba-tiba cucian menumpuk. Kain bedong, cawat, baju kecil bergambar bebek. Hari-hari seperti kisah mengejar matahari. Kalau telat mencuci, matahari keburu tergelincir. Kalau telat menjemur, mataharinya <i>keburu nyumput</i>. Kalau telat kering, nanti Banyu <i>ga </i>bisa ganti popok. Dan melelahkan. Di antara menyusui dan berurusan dengan cucian, masih pula harus menahan rasa sakit jahitan operasi. Jangan lupa yang penting: makan yang cukup dan segelas teh manis. Akhirnya, suamiku yang baik hati itu tidak ingin istrinya jatuh sakit. Dia membelikan mesin cuci baru, satu tabung. Tinggal pencet. <i>Done!</i><br />
<i><br /></i>
Kepanikan datang ketika suamiku sedang pergi dan Banyu tidak bisa tidur nyenyak. Sungguh membuat frustasi. Sampai menangis. Banyu hanya tertidur di pelukan, jika diletakkan di kasur, langsung terbangun, Akhirnya aku menelpon temanku yang juga seorang bidan. Kalimat pertamanya, "<i>Lo nangis ya?"</i>. Ternyata si Banyu mungkin masuk angin, Ada sesuatu yang salah dengan perutnya. Temanku menyarankan memijat gerakan I-L-U (<i>I Love You</i>) di perut. Pernah juga sahabatku yang lain memberitahu untuk memijat bayi seperti yang dijabarkan di lembaran kertas di dalam kotak set perlengkapan mandi bayi <i>Johnson and Johnson. </i>Sejak itu, aku memijat Banyu sebelum mandi. Sampai pada waktu dia terlalu lincah untuk dipijat dengan tenang.<br />
<br />
Aku percaya hidup itu pilihan. Tergantung seberapa bijak kita memilih dari sekian banyak pilihan itu. Menjadi orang tua, membuat pilihan itu bukan tunggal. Pilihan kita juga memberi dampak kepada pasangan, anak, dan mungkin keluarga besar.<br />
<br />
Layaknya seorang ibu memilih untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan atau tidak. Itu pilihan. Aku ingin sekali mengalami IMD (Inisiasi Menyusu Dini), sayangnya pilihan itu tidak bisa dilaksanakan karena masih ada luka operasi. Untungnya, air susuku baik-baik saja. Mendengarkan cerita teman yang sudah memiliki anak, tentang badan yang menjadi panas tinggi karena air susunya tersumbat dan payudara bengkak, memberikan tindakan <i>preventif </i>sehingga rajin menstimulasi payudara untuk memproduksi air susu dan membersihkan puting.<br />
<br />
Memang memberi keuntungan jika senang mendengarkan. Banyak orang punya kisah, banyak orang punya pengalaman. Mamaku setidaknya berhasil mengurus empat orang anak. Belum lagi cerita dari saudara kandung dan saudara terdekat, melihat bagaimana mengurus anaknya. Semua bisa belajar dari itu.<br />
<br />
Memiliki teman yang juga melahirkan di tahun yang sama atau waktu yang berdekatan menjadi referensi tumbuh kembang. Banyu sebagai anak ibu yang super jagoan itu, tidak seperti teman-temannya yang beraktivitas lebih banyak. Mungkin dia lebih seperti ibunya, menikmati tiap waktu, menyesapi detik yang berjalan. Bahagia ketika dia bisa bolak-balik sendiri, seperti ayam yang mau digoreng tepung <i>crispy</i>. <i>Nanti juga semua bayi belajar dan bisa</i>, begitu kata mamaku. Asalkan dia sehat selalu dan dokter tidak memberikan instruksi tambahan, aku rasa semua baik-baik saja.<br />
<br />
Detik-detik menegangkan kemudian datang ketika saatnya makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). Memilih makanan pertama, memikirkan responnya terhadap makanan, seberapa porsi yang patut diberikan, memakai peralatan makanan apa, atau apapun itu yang sepertinya sepele dan tidak penting namun dipikirkan tanpa alasan.<br />
<br />
Aku pilih pisang. Aku membeli 1 pak sendok silikon berisi 5 (atau 6, entah) dan 1 sendok yang tampak lebih lengkung pegangannya. Aku membongkar kado dari sepupuku dan mengambil kotak makan. Aku mengeluarkan kursi pemberian teman kami. Kakakku memberikanku <i>slabber</i>, dan aku menggunting kain bedong yang sudah butut.<br />
<br />
Awalnya pisang kucampur air tapi Banyu tidak begitu tertarik. Hari kedua aku campur ASI, dia lumayan suka. Berikutnya aku berikan <i>puree</i> pisang saja. Lalu ternyata Banyu suka semangka dan kemudian jeruk. Sampai pada waktunya, mungkin Banyu butuh variasi, bukan cuma rasa tapi juga nutrisi untuk tubuh.<br />
<br />
Buku tentang MPASI menyatakan kalau gula, garam, dan madu diberikan kepada bayi di atas usia 12 bulan. Aku dan suami juga bertanya kepada dokter anak. Setelah aku merebus daging dan merasakan kaldunya, memang ada rasa gurih. Tadinya, hewani boleh diberikan kepada bayi berusia di atas 8 bulan, namun sekarang WHO (World Health Organisation) menganjurkan untuk memberikan di usia 6 bulan. Itupun aku tahu karena banyak ibu muda (yang juga temanku) memberi komentar di status media sosialku. Mengonsumsi hewani penting karena kandungan Fe (zat besi) membantu tubuh untuk menyerap nutrisi. Aku mungkin salah, silakan dicari tahu saja. Ketika Banyu diare, dokter anak juga memberika Zinc yang ternyata untuk membantu perbaikan sel, bahasa mudahnya temanku, "Menambal yang bocor-bocor supaya nutrisi terserap makin oke.".<br />
<br />
Ke,mudian, aku mengobrol dengan sepupuku, dia cerita banyak tentang BLW, <i>Baby Led Weaning</i>. Di usia Banyu ke-7 bulan lebih sedikit, aku coba untuk Banyu makan sendiri. Ternyata memang bisa. Makanan dibuat <i>finger food</i>. Kalau keras boleh direbus atau dikukus supaya lembut. Sempat pula Banyu menjadi penggemar mentimun dan labu siam.<br />
<br />
Banyu belum merangkak, mulai merayap. Kalau dia mulai merangkak terbayang heboh. <i>Slow but sure</i>. Yang penting senang. Apapun yang terjadi, asalkan Banyu sehat. Semoga nanti dia menjadi anak yang cerdas dan memberi manfaat bagi kehidupan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeGLNkikMMQ9WZRl4sO6dgK5y8I4G6O5mUQiuJoBSvxB0I8-Itqb1AmePQ4sVTnHax6DeBl6ZsFjLq5QYKzkTN4zSRntmlAgkfvvUdN7Te3HvYH_b9q1zokDBtMuIIZ_DrSYqm7w_FcquP/s1600/Banyu+Nararya+-+8+months+-+@gitadjausal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeGLNkikMMQ9WZRl4sO6dgK5y8I4G6O5mUQiuJoBSvxB0I8-Itqb1AmePQ4sVTnHax6DeBl6ZsFjLq5QYKzkTN4zSRntmlAgkfvvUdN7Te3HvYH_b9q1zokDBtMuIIZ_DrSYqm7w_FcquP/s1600/Banyu+Nararya+-+8+months+-+@gitadjausal.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-29037811510050661632014-07-02T00:05:00.000+07:002014-07-02T00:19:00.675+07:00Rekam Jejak Politik IndonesiaBaru kali ini banyak orang yang aku kenal dan bahkan masyarakat Indonesia yang <i>melek </i>media massa ambil bagian dalam penyeruan (baca: pembuat seru) proses pemilihan umum. Padahal beberapa sebelumnya, Indonesia juga menyelenggarakan pemilihan umum legislatif dan bersamaan dengan itu, Lampung memilih Gubernurnya yang saat ini telah dilantik. Bagiku, ini suatu momentum yang luar biasa. Perbincangan yang tiada henti (sampai nanti selesai penghitungan suara). Selalu pula diiringi oleh jantung yang berdetak kencang.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Calon Presiden (capres) dan Calon Wakil Presiden (cawapres) Indonesia ada dua pasang. Yang satu mendapatkan nomor urut 1 (satu), yang lainnya mendapatkan nomor urut 2 (dua). Perkara mudah. Kalau memang suka yang salah satu, yang lain itu tidak usah dilirik lagi. Kalau tidak suka salah satu, pilihlah yang satu lagi. Kenapa ini bisa menjadi perdebatan yang begitu panjang tanpa berkesudahan, sampai-sampai kita seperti sang kandidat presiden itu sendiri?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Referensi termudah bagi pemilih adalah pilihlah yang terdekat dari lubuk hati nurani. Bahasa susahnya, pilihlah yang paling mirip dengan diri kita. Mirip bagaimana? Ambillah salah satu aspek yang paling kita ketahui, dan tentukan kandidat mana yang lebih mendekati kriteria tersebut. Sekedar becanda, aku menanyakan temanku siapa yang akan dia pilih nanti. Komentarku kemudian, "<i>Ya wajar lo </i>pilih dia <i>kan </i>secara fisik dia memiliki persamaan dengan suamimu". Bagi yang memiliki pasangan, coba dilihat sebelah kiri atau kanan, apakah pasangan Anda pipi tirus atau agak berpipi tembem nan lucu. Sederhana. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dikarenakan kehidupan kita yang sudah sedemikian kompleks, di antara kita tidak akan puas dengan saran pipi tirus atau pipi tembem*. Kita membutuhkan alasan untuk hidup. Alasan yang dapat kita pertanggungjawabkan selama lima tahun kedepan. Ini yang kemudian membuatku kagum dengan bangsa Indonesia. Individu Indonesia bisa banyak belajar dari proses demokrasi kali ini. Sejatinya, Indonesia mulai membentuk kesadaran politiknya secara nyata. Mengenal sosok capres dan cawapres bukan sekedar nama. Beberapa diantara kita memerlukan rekam jejaknya. Lalu memilah fakta yang ditemukan. Diantara sekian banyak fakta tersebut memunculkan nilai lebih salah satu pasangan, barulah kita <i>ketok palu</i>. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pesta demokrasi adalah istilah yang tepat untuk mewakili keadaan saat ini. Seperti layaknya pesta, penuh hiruk pikuk, keriaan diantara keriaan, dan adrenalin yang meningkat. Memiliki kebanggaan sendiri membela atas nama kandidat yang kita dukung dan menyatakan dukungan dengan lebih terbuka. Tidak jarang perselisihan antara individu atau antara kelompok terjadi. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Perdebatan ditambah dengan pemahaman atas perbedaan pendapat dan menghargai pendapat orang lain yang berbeda-beda memicu friksi (gesekan). Kadang dengan orang sebaya, bisa juga dengan orang yang lebih tua. Tidak susah untuk memahami dan meredam friksi dengan teman sendiri. Kesamaan waktu tumbuh kembang, membuat kita memiliki referensi sama untuk bergaul. <i>Woles aja</i>, selesai sudah. Kalau yang kita aja berbagi pendapat dengan orang tua, hal ini mungkin membutuhkan keahlian lebih. Orang yang lebih tua tersebut patut dihargai pengalamannya dan pendapatnya. Mempelajari makna dan pesan dari balik pendapat mereka bisa membuat kita lebih bijak. Cara mereka mendapatkan informasi itu berbeda dengan kita yang jauh lebih muda. Perjalanan waktu juga telah membuat mereka lebih kaya akan pengalaman, begitu pula keberadaan mereka sebagai saksi negara ini tumbuh. Beberapa kali orang tuaku menceritakan tentang bedanya ruang gerak dulu dan sekarang. Dulu, menyuarakan pendapat itu terlalu <i>gamblang</i>. Sekarang, rasanya seperti kalau kita tidak bersuara, itu terlalu aneh.</div>
<div>
<br />
Aku dan mamaku hampir setiap hari memperbincangkan apa yang ditemukan di laman <i>facebook</i>. Entah itu komentar si A, atau si F ternyata memilih entah siapa. Kebanyakan cerita mamaku lebih seru karena teman-teman dia kantornya juga bertukar pendapat dan ketika kembali ke rumah, dia menceritakan kembali dengan penuh bumbu. Sesungguhnya, pemilu kali ini memang memberikan euforia luar biasa di tiap lapisan masyarakat. Semoga.<br />
<br /></div>
<div>
Kalau ada yang masih bingung apa yang terjadi pada gambar orang bernomor, tanya orang tuamu atau orang yang lebih tua. Baru setelah itu tanya teman terdekatmu. Dari dongeng yang telah terkumpul, tentukanlah pilihan. Tidak harus sama dengan orang tuamu atau teman terdekat. Namun, dengan begitu kamu akan tahu bagaimana cara terbaik untuk memiliki perbedaan dalam keberagaman. Saling menghargai. </div>
<div>
<br />
Indonesia adalah negara yang luar biasa. Sudah pernah menaiki gajah di tengah hutan, melihat bunga bangkai ketika mekar, menikmati pemandangan bawah laut, dan tidur di bawah kanopi pohon dengan hiasan kupu-kupu beterbangan. Aku bertemu banyak teman yang menyenangkan dan memiliki kepintaran dalam keahliannya. Memiliki keluarga besar yang begitu memberi inspirasi.<br />
<br />
Sebagai warga negara Indonesia, tiap individunya memiliki hak dan kewajiban. Mungkin kita tidak butuh presiden. Mungkin. Indonesia hanya membutuhkan rakyatnya yang haus akan prestasi. Rakyatnya yang terus menerus memberi solusi pada keadaan yang sulit. Ini jamannya orang berkarya, bukan duduk diam.<br />
<br /></div>
<div>
Merah Putih akan terus berkibar, Indonesia Raya akan terus berkumandang. Lakukan untuk dirimu dan untuk Indonesia.<br />
<br />
<br />
<br /></div>
<div>
<span style="font-size: x-small;">*Mengingatkanku pada komik Donal Bebek. Keluar konteks tapi lucu.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/03272827332649196773noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-11320273821040992992014-04-24T00:16:00.004+07:002014-04-24T00:16:53.084+07:00Banyu Nararya Darmanto<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS6xailytBfrHDKWqhFHsj4DTjYs1ukbJdQZ6goJKCTzqly14WMMGVNp7vnmLTwTaUzv4EckY5_f-j7CrxXuJHlO-X7Qu1EY-78XMVliplP4YMR65kcbU3H_6doUMG3geu5SusfbP0zYJR/s1600/banyu+foto+bulat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS6xailytBfrHDKWqhFHsj4DTjYs1ukbJdQZ6goJKCTzqly14WMMGVNp7vnmLTwTaUzv4EckY5_f-j7CrxXuJHlO-X7Qu1EY-78XMVliplP4YMR65kcbU3H_6doUMG3geu5SusfbP0zYJR/s1600/banyu+foto+bulat.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<br />
<br />
Adalah anakku yang lahir pada Minggu, 2 Maret 2014 pukul 23.00 WIB. Dia keluar dari perutku dengan sempurna, atas izin-Nya. Ketika itu, bahkan sampai sekarang, bagaikan mimpi. Nyata terasa namun penuh pertanyaan, "Apakah ini benar nyata?". Banyu adalah nyata. Kenyataan atas perjalanan waktu 9 bulan yang menjadikan suatu perwujudan dari kebesaran Allah SWT. Dulu dia berada di dalam perutku, kami masih menjadi satu individu yang bersatu. Sekarang, kami merupakan dua individu yang saling bergantung. Salah satu alasannya adalah dia menjadi motivasiku untuk bangun lebih pagi.<br />
<br />
Banyak orang bilang kalau kita akan diberikan rejeki ketika kita memang layak menerimanya. Apakah sebelumnya aku merasa siap menjadi orang tua seorang bayi yang lucu yang akan terus tumbuh menjadi pribadi yang bercahaya? Tidak. Aku tahu, kita tahu, bahwa aku akan terus berusaha menjadi orang tua yang terbaik. Kita semua manusia tidak luput dari kesalahan. Pilihannya, apakah kita akan membiarkan diri tenggelam dalam kesalahan atau terus melakukan perbaikan. Tentu saja, kita harus menjadi pejuang, terus berusaha, tanpa henti. Menyadarkan kita bahwa orang tua kita memiliki kesabaran luar biasa membesarkan kita, bahkan ketika terkadang kita bersikap buruk tapi mereka selalu memaafkan lebih dulu. Terima kasih papa mama, terima kasih para orang tua di dunia.<br />
<br />
Orang tua itu memanglah pasti lebih pintar dari anaknya. Apapun kondisinya. Kalau mereka tidak pintar, mana mungkin kita bisa berinteraksi melalui tulisan ini sekarang. Sebagai contoh, nenekku yang tidak pernah duduk di bangku kuliah memiliki 14 anak dengan berbagai macam latar belakang dan prestasi, ada yang dokter spesialis, doktor, mantan asisten menteri, dan lainnya. Aku, setidaknya 29 tahun lebih dulu lahir dari anakku. Pengalaman hidupku 29 tahun lebih banyak, walau mungkin hanya sebagian besar pengalaman yang terekam memori.<br />
<br />
Sebelum melahirkan, aku dan suamiku memilih rumah sakit khusus bersalin. Alasan utama karena memang khusus bersalin, tidak dirawat bersama yang memiliki penyakit. Aman untuk yang rawat inap juga yang berkunjung. Selain itu, kakak-kakakku pernah bersalin di rumah sakit itu, pengalaman orang terdekat biasa menjadi referensi utama. Dan aku bersyukur memilihnya. Di Rumah Sakit khusus Bersalin Anugrah Medika aku diajarkan banyak hal. sekitar 3 hari berada di sana, pengetahuanku bertambah. Pertama, cara memakai gurita yang tepat sehingga mengurangi rasa sakit ketika berjalan setelah operasi. Kedua, cara menyusui ; semakin dalam semakin bagus, semakin sering semakin banyak*. Ketiga, membedong. Keempat, memijat payudara sehingga ASI terstimulasi produksinya. Kelima, informasi tentang frekuensi pipis atau <i>pup</i> anak yang minum ASI. Semua itu sangat bermanfaat. Sayangnya kemarin mereka belum bisa mengajarkan cara memandikan anak karena sedang renovasi bangunan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Karena aku menjalani operasi, aktivitas setelah melahirkan sangat terbatas. Sampai 24 jam aku harus berdiam di atas kasur. Membiarkan diri menjadi sangat tergantung pada orang lain, khususnya suamiku. Begitu terharu ketika melihat dia menyuapi istrinya, memberikan minuman berkali-kali supaya ASI semakin lancar, menguatkan dirinya untuk menggendong anaknya pertama kali, mengatasi paniknya ketika dia belum bisa mengganti popok. <i>I love him and I know he would do anything for us.</i> Bersyukur memiliki suami yang super baik hati.<br />
<br />
Banyu sudah memiliki gelar adatnya, <i>Radin Umpu Migo </i>artinya (kurang lebih) Raden Asal-Usul Marganya. Diartikan dengan keterbatasan kemampuan bahasa Lampung. Sederhananya, <i>Migo </i>diambil dari nama adat datuknya, Ratu Migo. Zodiaknya Pisces, sama pula dengan datuknya (juga dengan 2 sepupunya). Jidatnya perpaduan jidat Darmanto dan Djausal bersatu padu dalam kebebasan berpikir (<i>hihihi</i>). Semoga Banyu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi kehidupan.<br />
<br />
Sebagai akhir tulisan ini, aku senang bisa menulis kembali, kembali berkarya di sini. Sungguh ingin berbagi pengalaman karena masa-masa pertama menjadi orang tua begitu mendebarkan. <i>Love you, Banyu :*</i><br />
<br />
<br />
<br />
* Aku agak ragu tentang slogannya tapi kurang lebih seperti itu bunyinya.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-44787192597202312702013-12-06T22:51:00.000+07:002013-12-06T22:51:05.282+07:00Mereka adalah Kakek-KakekkuSebagian orang memiliki kesempatan untuk mengenal kakeknya atau bahkan buyutnya. Harus diakui, ketika usia hidup lebih pendek, kesempatan mengenal mereka adalah kesempatan yang langka. Aku tidak memiliki kesempatan mengenal kakek-kakekku dengan kedekatan. Kakek dari mamaku meninggal sebelum aku lahir. Kakek dari papaku lebih kukenal ketika liburan hari raya atau hari-hari spesial.<br />
<br />
Ini layaknya menjadi misteri kehidupan. Mungkin karena aku adalah orang Indonesia yang seringkali dikenal sebagai "anaknya si bapak x". Itu membuatku berpikir, "Mengapa identitas terdahulu menjadi krusial sebagai identitas kita yang kini?". Apakah aku akan mengalami krisis identitas jika aku tidak mengenal mereka? Mungkin iya.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitZfkbVcv0RVkHmjf0LOmQkGQFAJ2T7GD8Fb0sGH5I64xdisYFzV4r_jpIv11uiag7oECgmZ2BqL-r-Tb26asrpi6Gg-PNhpYl2PhNyoLhZrwScMi-bljacreBX8h3LeV-GIjjDKhgUM7E/s1600/Amir+H+Djauhari+&+keluarga+-+gitadjausal+pikirantanpahenti.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitZfkbVcv0RVkHmjf0LOmQkGQFAJ2T7GD8Fb0sGH5I64xdisYFzV4r_jpIv11uiag7oECgmZ2BqL-r-Tb26asrpi6Gg-PNhpYl2PhNyoLhZrwScMi-bljacreBX8h3LeV-GIjjDKhgUM7E/s320/Amir+H+Djauhari+&+keluarga+-+gitadjausal+pikirantanpahenti.jpg" width="320" /></a>Mulai dari namaku yang terdiri dari tiga kata. Yang terakhir adalah nama yang diturunkan oleh papaku, Djausal. Papaku mendapatkan dari Buya-nya, singkatan dari nama belakangnya dan nama ayahnya (yang berarti buyutku). Itu membuatku menganggap bahwa Siddiku (kakekku) adalah orang yang cerdas dan cerdik. Dia memastikan anaknya dan mungkin cucunya mengingat pendahulunya. Mungkin kamu memiliki teman yang bernama akhir Djausal dengan cerita yang berbeda. Bagi keluargaku, nama itu adalah identitas nyata. Nama itu diteruskan oleh keturunan laki-laki karena Lampung beradatkan patrilineal.<br />
<br />
Pemikiran awal membuat tulisan ini, untungnya, membuat aku menanyakan tentang pekerjaan Siddi. Karena waktu kecil yang aku tahu pekerjaannya adalah menjadi seorang kakek, tidak lebih dan tidak pernah berkurang. Ternyata dulu dia pernah kerja di tukang jahit atau tailor (bahasa keren masa kini). Baru kemudian dia menjadi seorang pegawai negeri sipil Dinas Agama. Dan pekerjaan terakhirnya adalah pekerjaan paling membanggakan dan luar biasa. Dia menjadi khotib shalat Jumat.<br />
<br />
Sewaktu dia masih hidup, aku mash terlalu kecil untuk mengenalnya dengan sangat baik. Beberapa waktu lalu, papaku menunjukkan tumpukan berkas. Itu adalah tumpukan paling berharga yang pernah aku temukan atas nama Siddiku. Berkas-berkas itu adalah kumpulan bahan khotbah Jumat dan teks khotbah, bahkan tulisan yang kemudian dia beri catatan bahwa topik itu tidak cukup baik untuk dijadikan khotbah. Menjadi khotib seperti sebuah pekerjaan penuh yang dilakukan dengan penuh kesungguhan.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvzbcMpoxws7Mn6zvNfaBu3A2PMPoVawPiuFE1U5W_-MYf4ZDerVaAZ09XTRzItcAfyurhjsP0FyS7HBYIyct1yghbw3cdWQqeMV73cXSFSGCXR1ZygeiTjgU29OGDf7WZjjkx9V8x0qbW/s1600/Soekardi+&+keluarga+-+gitadjausal+pikirantanpahenti.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvzbcMpoxws7Mn6zvNfaBu3A2PMPoVawPiuFE1U5W_-MYf4ZDerVaAZ09XTRzItcAfyurhjsP0FyS7HBYIyct1yghbw3cdWQqeMV73cXSFSGCXR1ZygeiTjgU29OGDf7WZjjkx9V8x0qbW/s320/Soekardi+&+keluarga+-+gitadjausal+pikirantanpahenti.jpg" width="320" /></a>Kakekku dari pihak mama kukenal hanya melalui cerita dan imajinasi yang terbentuk ketika aku melihat fotonya. Awalnya kupikir dia berkulit lebih gelap tapi mamaku bercerita kalau justru dia yang lebih terang kulitnya, hanya menggelap karena hobinya berburu. Sering juga dia pergi berburu mengajak anak-anaknya.<br />
<br />
Awal mula cerita Mbah Kakung dan Mbah Putri diceritakan dengan keterbatasan komunikasi yang, menurutku, penuh romantisme. Mbah Kakung hanya bisa berbicara Jawa dan Belanda, yang membuat dia disebut Londo Item. Sedangkan, Mbah Putri berbahasa Melayu dan Lahat. Tidak terbayang seperti apa komunikasi mereka ketika awal itu. Pakdeku yang tertua, Pakde Win, juga menceritakan tentang kisah perkenalan mereka yang berawal dari halaman yang indah tertata rapi. Beruntung Pakde Win menuliskan kisah dia, dari kisahnya ketika masih bersama Mbah Kakung dan Mbah Putri memberikan gambaran yang lebih jelas atas sosok yang belum pernah kutemui secara langsung.<br />
<br />
Menurut cerita, Mbah Kakung juga sangat senang untuk berangkat Shalat Jumat. Baginya, itu merupakan salah satu tempat untuk menjalin silaturahmi, selain ibadah yang utama. Banyak orang yang bisa dia temui. Membuatku tersenyum karena kutahu kalau kedua kakekku itu rajin shalat Jumat, bukan hanya karena nilai ibadahnya tapi juga hubungan antar manusia. <i>Hablu minallah wa hablu minannas</i>.<br />
<br />
Doa untuk para pendahuluku. Semoga hati terus mengingat kisah supaya kita semua pun mengingat asal.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-2575713010617973602013-07-16T16:57:00.000+07:002013-07-16T16:57:51.186+07:00Sesuatu dalam DiriBiarkan aku menyatakan bahwa tulisan ini harus dibaca sampai habis, tidak boleh berhenti di tengah tulisan. Aku akan mengutarakan kegilaanku dalam berpikir ketika masih, bisa dikatakan, eksperimental dan juga disatukan dengan pemikiran yang lebih nyata. Topik <i>agak </i>berat tapi memang penuh esensi.<br />
<br />
Mengingat yang terjadi di masa lalu. Ketika berusaha memperoleh gelar sarjana, aku mengambil skripsi yang bertemakan <i>Perempuan</i>. Oleh karena itu, aku banyak membaca buku tentang manusia, hak asasi manusia, perempuan, dan feminisme. Yang akhirnya membuat aku berkesimpulan bahwa semua manusia adalah manusia dan kita harus menghargai adanya manusia, atas adanya sendiri.<br />
<br />
Ada beberapa pemikiran yang memang radikal dinyatakan dalam buku. Bukan berarti kita harus menjadi radikal tapi hal itu untuk kita ketahui. Ini hal yang mengerikan dan menyeramkan, sesungguhnya. Dalam salah satu buku, ada pendapat bahwa perempuan memiliki ketubuhannya sendiri. Maksudnya, hak asasi atas dirinya. Hal itu salah satu yang menjadi alasan untuk penolakan <i>human exploitation </i>atau <i>human trafficking</i>. Terkadang ada beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi karena pelaku merasa memiliki korban.<br />
<br />
Ternyata, tentang kehamilan pun dibahas di beberapa buku feminis. Pendapatnya bisa saja kita anggap sinis. Sangat sinis. Itu juga yang sempat membuat saya berpikir bahwa bayi di dalam perut sang ibu adalah alien. Dia mengisap sari-sari makanan. Ditambah dengan imajinasi yang didapat dari film Alien atau Predator, entah yang mana akupun tidak ingat. Itu membuat semakin menyeramkan. Bagaimana kalau dia mampu merobek perut sang ibu? Tenang. Itu pemikiran yang sudah berlalu, jangan mudah percaya. Memang lebih baik kita beragama dan memiliki Tuhan. Di dalam Islam, Allah SWT menjelaskan tentang perkara dunia melalui Al-Quran. Kekompleksitasan yang terjadi di dunia ini adalah bukti Kebesaran-Nya.<br />
<br />
Pengetahuan juga perlu terus ditambah dan diperluas. Perempuan dan laki-laki memang tidak sama secara biologis. Ada beberapa perbedaan yang terjadi karena perbedaan hormon yang dimiki dan tentunya perkembangan seksual yang berbeda. Jadi, hamil dan menyusui adalah hak istimewa yang dimiliki oleh perempuan. Setiap dari kita harus menghargai itu.<br />
<br />
Saat ini, semoga terus diberi kesehatan, aku hamil. Usia kehamilan diperkirakan 5 minggu. Dengan menertawakan pemikiran gila di masa kuliah, aku akan menjalankan satu, bukan satu, namun serangkaian keajaiban yang akan terjadi pada diriku. Perubahan hormon, fisik, dan rasa akan terlibat di dalamnya. Itu akan sangat menyenangkan dan penuh petualangan.<br />
<br />
Mencoba memahami bagaimana terjadinya pembuahan di dalam rahim, terasa sulit dipahami dengan penuh. Sekedar tahu, itu mudah. Kalau kata website tentang perkembangan kehamilan, sel yang sebesar ujung pena itu yang nanti perlahan akan berkembang terus. Setidaknya di minggu ke-9, calon bayi akan memiliki jantung (yang begitu kecil), yang berdetak dengan cepat. Adikku, yang adalah calon dokter, bilang, (ini semampunya otakku menangkap informasi, <i>yah</i>. Maaf kalau salah) "<i>Denyutnya dua kali denyut kita</i>". <i>WOW!</i> Aku teringat ketika menemani kakak iparku yang mengecek kehamilannya dan mendengar denyut keponakanku, begitu membahana* karena ruangan dokter itu juga dilengkapi pengeras suara. Bunyinya itu keren. Super keren. Mungkin nanti aku akan meminjam steteskop pink punya adikku itu. <i>Hihihi</i>.<br />
<br />
Mari kita nikmati hidup. Semoga semua diberikan kesehatan. Amin.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">* meminjam istilah artis yang super berlebihan, yang mungkin saja akan menambahkan arti di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. <i>Entahlah</i>.</span>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-21232810707389775122013-06-18T11:31:00.001+07:002013-06-18T20:37:34.120+07:00Ketika Hati (Saling) Memilih<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglliuTKl7qbqgMs-Delid6OAN6wblIYDnh8HME-c81KPON4kKXAiE3t0A2D7MBd8o6Nd4lpi7kTLImvKudSdiMadSJRLpv1_gb5k7AUu83akYUfggkmNRXFuC9iZRRhAB3IXzDyF4KLBZ2/s1600/gita+&+didik+pernikahan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="248" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglliuTKl7qbqgMs-Delid6OAN6wblIYDnh8HME-c81KPON4kKXAiE3t0A2D7MBd8o6Nd4lpi7kTLImvKudSdiMadSJRLpv1_gb5k7AUu83akYUfggkmNRXFuC9iZRRhAB3IXzDyF4KLBZ2/s320/gita+&+didik+pernikahan.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Perkenalkan, Tuan dan Nyonya Didik. Sekarang, sampai nanti, aku memakai cincin emas putih bermatakan sesuatu yang berkilau di tangan kanan. Sesungguhnya, sering mempertanyakan arti cincin di jari manis tangan kanan dan kiri tapi tidak ada beda kalau tiap pasangan yang memakainya memiliki pemahaman yang sama.<br />
<br />
Rangkaian acara mulai disusun sejak 8 Oktober 2012. Pertama kalinya kedua keluarga bertemu dan berkumpul. Kadang aku sering menganggap diri aku, waktu itu, sebagai calon pengantin yang <i>suka-suka</i>. Bahkan, di hari pertemuan keluarga itu, aku masih menerima pesanan kue sebanyak kurang lebih 60 buah. <i>Untungnya</i>, hari itu semua berjalan lancar.<br />
<br />
Dulu aku pernah berpikir kalau aku menikah, semua urusan akan diurus oleh keluarga besarku. Ternyata, <i>alhamdulillah</i>, beberapa persiapan kecil aku dan suami (waktu itu masih calon suami) bisa melakukannya. Ketika menjelang hari H, semua keluarga besar dan kerabat terdekat keluarga turut membantu tanpa pamrih. Luar biasa terima kasih atas semuanya.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7R0_AytM9wnYbkA5u7SWzMTA3QrkEU7NtLoAQHo8M5BS3Qk6dX-P2oWly4h724Wtx_DorbZVxBpRnQRjPKg1XQWWs5dN-l9moGvZtC799nQQT2DjOVHhjgWOBz3pbsr_54ZeDFIqXqOuM/s1600/undangan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7R0_AytM9wnYbkA5u7SWzMTA3QrkEU7NtLoAQHo8M5BS3Qk6dX-P2oWly4h724Wtx_DorbZVxBpRnQRjPKg1XQWWs5dN-l9moGvZtC799nQQT2DjOVHhjgWOBz3pbsr_54ZeDFIqXqOuM/s200/undangan.jpg" width="156" /></a><br />
Salah satu yang penuh <i>personal touch</i> dari aku adalah undangan pernikahan yang pernuh dengan bunga dan kupu-kupu. Aku bukan penyuka warna tertentu tapi sepertinya memilih warna merah muda, yang mungkin ke arah <i>fuschia</i> tampak lebih menyatakan sesuatu, lebih <i>menyolok </i>warnanya. Kupu-kupu itu adalah binatang yang erat kaitannya dengan keluargaku. Kebanyakan teman-temanku juga mudah teringat padaku jika melihat sesuatu berbentuk kupu-kupu. Kupu-kupu selalu butuh bunga. Bagaikan indahnya halaman rumah di pagi hari. Sederhana, <i>saja. </i><br />
<i><br /></i>
Teman-teman dekat sengaja menyumbang 100 tangkai bunga sedap malam. Ternyata seratus itu banyak, <i>yah</i>. <i>Heboh</i> ketika bunga itu diantarkan. Semua vas yang ada di rumah dikerahkan tapi tampaknya masih juga berlebihan. Senang rasanya diperhatikan lebih oleh teman-teman yang super luar biasa baik hati tiada tara.<br />
<br />
Akad nikah diselenggarakan pada Jumat, 25 Januari 2013. Acara hari itu dimulai sekitar jam 8 pagi. Rombongan mempelai pria beserta keluarga besar datang beramai-ramai dengan membawa 24 buah hantaran. Kenapa 24? Karena itu angka keramat bagi kebanyakan <i>orang</i> <i>Lampung</i>. Tidak bisa kurang, tidak perlu lebih. Jujur, mempersiapkan 24 barang itu memusingkan. <i>Yah, </i>mungkin karena aku bukan <i>a big spender</i>. Barang-barang yang dibawa itu dicatat dan disaksikan oleh Perwatin adat Bunga Mayang. Sentuhan budaya Lampung cukup kental mewarnai pernikahan kami, walau sudah diminimalisir sedemikian rupa. Selalu seru, itu yang pasti.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Olvp5UUr9a-jw2OKytQPUvjqr2zcJHKcgutaQES_69jVmZ3JPnfQgJXBdraCZ9ibFKeWK_q2VQxzvB1oXD60qbsLRLJ0EZm2q9yGWK7hC3EFENhSPiAcDAnpkzrmBtWUZUFWd2XS1vc6/s1600/wedding+02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Olvp5UUr9a-jw2OKytQPUvjqr2zcJHKcgutaQES_69jVmZ3JPnfQgJXBdraCZ9ibFKeWK_q2VQxzvB1oXD60qbsLRLJ0EZm2q9yGWK7hC3EFENhSPiAcDAnpkzrmBtWUZUFWd2XS1vc6/s320/wedding+02.jpg" width="320" /></a></div>
Info tambahan, sehari sebelumnya, 24 Januari 2013. Calon suamiku dan keluarganya menjalani acara <i>Angkonan</i>. Karena dia bukan berdarah Lampung (tanpa bermaksud SARA), maka dia harus menjadi orang Lampung. Salah satu caranya adalah, bersaudara dengan orang Lampung, <i>diangkonkan </i>dengan orang Lampung. Jadi, selain Jawa Barat-Jawa Timur, suamiku juga menjadi Menggala. Dari kampungnya yang baru itu dia mendapat gelar* (<i>adok</i>) <i>Ratu Angguman</i>.<br />
<br />
Sekitar jam 01.30 siang, acara dilanjutkan dengan pelepasan. Acara itu memang <i>ceremonial</i>**. Hakikatnya keluarga perempuan melepas anaknya yang sudah dipersunting menuju tahapan kehidupan rumah tangganya. Pada acara ini, kami berdua dinyatakan gelar yang berlaku. Gelarku sama seperti ketika aku masih gadis, <i>Raja Ngeringgom</i>. Suamiku, bertambah gelarnya, <i>Raja Sang Ratu</i>.<br />
<br />
Ketika diterima di rumah keluarga (keluarga Menggala), maka kamipun disambut oleh kerabat di sana. Pada acara informal, tanpa perwatin, kami pun dinyatakan gelar yang akan kami miliki. Suamiku dengan gelarnya yang kemarin diumumkan. Aku mendapatkan gelar, <i>Ratu Idaman***. </i>Kurang lebih itu singkatnya. Detail lainnya bisa dijabarkan jika ada yang penasaran. <i>Hehehe</i>.<br />
<br />
Keesokan harinya, Sabtu 26 Januari 2013, barulah kami mengadakan pesta di Gedung Serba Guna Universitas Lampung. Acara lebih ringan namun durasi lebih lama dan monoton karena aku dan suamiku bersama orang tua selalu berdiri di atas panggung. Kejutan selalu hadir dalam acara. Mendekati akhir acara, sepupuku memberikan <i>microphone </i>kepada suamiku dan diapun bernyanyi diiringi band. Antara kelaparan dan kelelahan, nyanyiannya membuatku terharu.<br />
<br />
<i>Alhamdulillah</i>, semua lancar dan menyenangkan hati. Kehadiran keluarga dan teman-teman terdekat begitu berarti, semakin menambah keriaan pernikahan kami. Terima kasih banyak untuk semua yang hadir dan yang telah mendoakan kami untuk memulai kehidupan yang penuh petualangan. Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya dan dibimbing ke arah yang lebih baik. Amin.<br />
<br />
<br />
* Sejatinya, gelar dalam bahasa Lampung berarti nama. Adok memiliki arti gelar yang umumnya kita kenal.<br />
** Ada yang punya usul bahasa Indonesia-nya apa?<br />
*** Aku agak lupa gelarku, nanti akan direvisi setelah konfirmasi. <i>Hihihi</i>. Harap maklum.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-85046679741210860022013-01-21T00:01:00.000+07:002013-01-21T00:01:07.896+07:00Memori sebuah Kamar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0BcBb-DKtvZuKwPnEi_yYMIGd2hZdblNls0fIy-bZ7qXdto1tfjEEaQKoEH2xJPOQkwBkxdkro-0mXEuBJK5IIalfcodnnht3CTQBkeUdj-CaeQqzGLSi88FLnI3Tqpkz7KT6qkb4Yrcd/s1600/pintu+memori+-+djausal.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0BcBb-DKtvZuKwPnEi_yYMIGd2hZdblNls0fIy-bZ7qXdto1tfjEEaQKoEH2xJPOQkwBkxdkro-0mXEuBJK5IIalfcodnnht3CTQBkeUdj-CaeQqzGLSi88FLnI3Tqpkz7KT6qkb4Yrcd/s320/pintu+memori+-+djausal.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Mungkin ini terjadi di dalam keluarga yang memiliki saudara lebih satu. Maksudnya, kakak-beradik sebanyak tiga orang atau lebih. Syarat lainnya juga ada, besar kamarnya harus berbeda-beda. Nilai kenyamanannya juga harus beda.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Waktu aku kuliah di Bandung, kamar aku (waktu itu) mendapati jabatan sementara. Yaitu, gudang sementara. Barang apapun yang memberantaki ruang tengah, akan masuk ke dalam kamar. Ketika aku sedang liburan, jadi merasa terasingi di ruang sendiri. Tapi itu cerita dulu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sampai pada akhirnya, aku tampak harus pindah ke kamar abang yang sudah lama ditinggal karena dia sudah berkeluarga. kamarnya jelas lebih besar. <i>Hihihi</i>. Biasanya, lebih besar ruangnya, berarti ruang berantakan lebih luas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Hal yang paling sulit diantara perpindahan itu adalah memindahkan semua barang yang di kamar sebelumnya. Jadi, kasihan adikku yang terjebak antara barang-barang aku yang tampaknya menumpuk di bagian yang membuat kamar terasa sempit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Semua kamar selalu punya memori. Kamar kostan di bandung juga. ketiganya punya cerita. Sama seperti kamarku yang dulu ditempati abangku. Ketika dia di kamar itu, dia menempelinya dengan stiker yang dia dapatkan. Apapun itu. Ada yang dia dapat dari majalah, ada juga yang dia dapat dariku dan aku mendapatkannya dari promosi tempat bimbingan belajar, ada juga dari partai yang kebanyakan teman dekatnya ketika itu bergabung. Ada juga yang didapat dari Johor, waktu kita berdua berangkat untuk mewakili Lampung di festival layang-layang. Sepertinya ada juga yang dia dapat dari festival musik, seingatku di tahun itu dia tidak lagi <i>nge-band </i>tapi siapa yang tahu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgafKqZrbSimfYVJ2ixQ1wDQlNcQPZCoJaCoVU4nbf-RShUra3ZCe7Un93wZIda8NRyvBHFDn30JgQfdl17_RdPlDaRpti42mw1opOnLT3eJBukVEF6RmoLvmB6iFo3I-y0Oa5AZXvMVUQK/s1600/memori+tentang+siti.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgafKqZrbSimfYVJ2ixQ1wDQlNcQPZCoJaCoVU4nbf-RShUra3ZCe7Un93wZIda8NRyvBHFDn30JgQfdl17_RdPlDaRpti42mw1opOnLT3eJBukVEF6RmoLvmB6iFo3I-y0Oa5AZXvMVUQK/s200/memori+tentang+siti.jpg" width="150" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Siti Nurhaliza. Adalah sosok perempuan yang abangku dan teman-temannya kagumi, setidaknya saat itu. Sekarang sudah beralih kepada istri masing-masing.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sekarang, sebagian dari dekorasi itu hendak aku bersihkan. Menjadikan kedua foto di atas menjadi penggalan kisah sebuah kamar. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Kamarmu?</div>
<br />Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-24505158373231151902012-12-11T01:19:00.002+07:002012-12-11T01:22:07.687+07:00(Akhirnya) Bakal Nikah jugaKabar gembira dari Lampung, aku akan menikah. Kalau tidak ada halangan yang berarti dan semua berjalan seperti yang direncanakan, akan terselenggara pada akhir bulan Januari 2013. Akhirnya, akan ada kisah baru untuk dimulai bersama, bersama Didik Darmanto.<br />
<br />
Ini pertama kali terlibat langsung mempersiapkan pernikahan. Menjadi pemeran utama perempuan. Ke tukang jahit kebaya, beli bahan buat orang tua, beli bahan buat seragam kakak-adik, survei dekorasi, sampai berusaha memunculkan ide-ide norak yang menunjukkan sentuhan spesial Gita-Didik. Semuanya dijalani dengan hari riang gembira dan perut kenyang.<br />
<br />
Seiring persiapan yang tidak seberapa dan masih banyak harus melibatkan orang lain yang juga masih dipersiapkan nama-nama yang harus dan patut dilibatkan, aku jadi teringat tentang blogku yang pernah membahas tentang <a href="http://pikirantanpahenti.blogspot.com/2011/05/tradisi-lampung.html" target="_blank">rangkaian acara pernikahan </a>yang mungkin akan aku jalani. Ternyata berbeda. Keluargaku memutuskan untuk mempersingkat rangkaian acara. Salah satu alasannya adalah karena usia mereka semakin tua, stamina mereka sudah berkurang untuk terlibat dalam rangkaian acara yang lebih lama. Rangkaiannya nanti akan aku ceritakan setelah acara agar bisa memberi penjelasan yang lebih nyata berdasarkan pengalaman, kalau sekarang masih sekedar asumsi.<br />
<br />
Aku senang. Senang dan bahagia karena akan memiliki suami luar biasa. Dukungan penuh dan doa dari keluarga dan semua teman. Sejauh ini, persiapan berjalan dengan lancar. Detil yang aku inginkan masih bisa tersampaikan. Entah bagaimana implementasinya, semoga berjalan sesuai rencana. Nanti aku akan bercerita lebih detil.<br />
<br />
Sampai nanti!Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-41883126846866251532012-11-27T23:58:00.004+07:002012-11-27T23:58:41.892+07:00Hadiah Terbaik dalam HidupSepanjang kita hidup, selalu ada perayaan-perayaan. Perayaan kecil seperti menyambut pagi hari dengan senyuman, makanan terenak di lidah, membeli barang yang diidamkan sejak dulu, dan mendapatkan teman-teman yang baik. Dari perayaan kecil, aku percaya kalau hidup ini akan lebih baik, lebih indah, dan lebih berwarna. Aku selalu bersyukur kepada Allah SWT dan kehidupan. Aku diberikan salah satu hadiah yang tiada pernah terlupakan, mereka adalah teman-teman terbaik.<br />
<br />
Ketika berada di titik ini, melihat perjalanan waktu yang telah dijalani membuat tersadar akan banyaknya teman baik yang sampai sekarang tetap terjaga. Jaman SMP, SMA, kuliah, sampai lingkungan pertemanan baru selalu saja memberikan nilai yang penuh arti.<br />
<br />
<i>Kenapa tiba-tiba jadi melankolis gini? </i>Sekarang lagi gencar iklan, promosi atau terserah <i>mau</i> disebut apa tentang film 5cm. Pertama kali menonton trailernya, via youtube.com, menangis seketika. Air mataku menitik. Aku teringat sahabat-sahabat.<br />
<br />
Kita <i>nggak</i> akan sadar sampai waktu menyadarkan kita. Siapa yang nyangka kalau pertemanan sejak SMP bisa bertahan sampai sekarang, sudah hampir 15 tahun. Aku, Ira, Iteh, Upi, 'Neng, Ajay, dan Didit. Kami tidak pernah bersepakat untuk terus berteman. Ini memang bukan perkara kesepakatan tapi proses yang menyatakan ikrarnya sendiri.<br />
<br />
Ada tahun-tahun ketika kita semua saling tidak peduli. <i>Sama-sama</i> pura-pura lupa untuk berkeinginan untuk berkumpul. Untungnya, kita <i>nggak </i>pernah pergi. Justru kita semua selalu kembali. Kembali ke tempat pertemuan yang sama, topik pembicaraan yang sama, orang yang sama, dan rasa yang sama.<br />
<br />
Peristiwa pohon tangkil itu seperti kode terselubung yang hanya dimengerti oleh kami. Saat "sender" bermakna "geser", hanya terjadi di angkot ketika kami semua di dalamnya. Cuma Ajay dan Didit yang bisa <i>bikin </i>angka 10 dari badan mereka. Cuma di Jakarta yang <i>bikin</i> gagal kumpul. <i>Hahahaha.</i><br />
<br />
Dengan keunikan pribadi ditambah dengan penuh keabsurdan yang aku miliki, penuh rasa terima kasih untuk mereka yang selalu kembali. Selain keluarga, teman adalah pewarna hidup. Bukan cuma mereka berenam tapi juga semua yang kisahnya belum kuceritakan.<br />
<br />
Buat kamu semua, nikmati persahabatan yang ada. Ingat untuk kembali, jangan pergi terlalu lama.<br />
<br />
<br />
PENGEN NONTON BARENGGGGGG!!!!<br />
<br />
<br />
Tulisan ini teruntuk: Ira, Iteh, Upi, 'Neng, Ajay, dan Didit<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">NB: Yang punya teman-teman pilihan, harus baca 5cm. Biar tambah kangen kumpul.</span>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-10366680278406059632012-08-02T00:42:00.000+07:002012-08-02T00:42:41.215+07:00Gulliana and Bill RancicKalau kenal dua nama itu berarti sama seperti aku, menonton <i>E!</i>. Gulliana dan Bill adalah <i>reality show </i>yang sering aku tonton. Hanya menceritakan sebagian kehidupan mereka berdua sebagai pasangan dengan segala kebahagiaan dan kendala yang mereka hadapi.<br />
<br />
Ditonton bukan sekedar karena keartisannya. Mereka berdua juga kutahu dari <i>reality show </i>itu. Yang ternyata, Bill Rancic adalah pemenang <i>The Apprentice season 1</i>. Keren, <i>kan? </i>Sepintas aku mencerna, mereka berdua pertama kali bertemu ketika Gulliana mewawancarai Bill untuk <i>E! News</i>. Gulliana tentunya bekerja di <i>E!</i>, selebriti televisi <i> and she is a fashion police</i>. Penampilan mereka juga menyejukkan mata.<br />
<br />
Kenapa dibahas di blogku ini? Karena mereka itu seru sekali untuk disaksikan perjalanan hidupnya. Kita bisa tahu kalau Bill sangat mencintai Gulliana, dan juga sebaliknya. Cara mereka tersenyum kepada satu sama lain begitu seperti mampu menghentikan waktu. Semoga yang terlihat di televisi sama dengan yang terjadi di nyatanya. Melihat mereka berdua seperti melihat bahwa cinta sejati ada dimana saja (tidak seperti artis Indonesia yang kebanyakan diterpa kegagalan menjaga komitmen).<br />
<br />
Konflik yang mereka hadapi adalah ketika mereka berusaha memiliki anak. Aku lupa mungkin berapa kali mereka melakukan pendekatan. Yang pertama, gagal karena embrionya tidak berkembang. Ketika pengharapan begitu besar dan tidak sesuai dengan yang diinginkan, itu seakan mematahkan semangat. Namun, mereka tidak menyerah. Aku menggunakan "mereka" karena mereka benar-benar menunjukkan bahwa menjalani proses pembuahan dengan bantuan dokter itu adalah kerjasama.<br />
<br />
Usaha kedua kalinya menunjukkan perkembangan yang baik di awal kehamilan. Sampai satu titik, kehamilan itu melemahkan Gulliana. Satu adegan, Bill berkata, "<i>Yang penting Gulliana sehat."</i>. Dalam bahasa asing tentunya, bukan bahasa Indonesia. Mereka membuat buku. Buku yang mereka tulis berdua. Buku itu menceritakan tentang perjalanan hidup mereka, keinginan memiliki anak, dan cinta mereka. Yang mereka alami juga mungkin dialami oleh orang lain, <i>they needed to share it</i>.<br />
<br />
Ketika usaha ketiga kalinya, cek kesehatan awal menunjukkan bahwa Gulliana terkena kanker payudara. Harus ditangani segera. Di luar kehidupan mereka yang penuh glamoritas dan mobilitas, mereka menghadapi cobaan.<br />
<br />
Setelah gejolak yang mereka hadapi, mereka memilih pendekatan <i>mother surrogate</i>. <i>Yup! </i>Seperti film Bruce Willis, <i>Surrogate</i>. Calon embrio berasal dari pembuahan mereka, namun tumbuh kembang selama kurang lebih sembilang bulan di dalam tubuh orang lain. Itu jalan terbaik yang mereka miliki saat ini. Dengan itu, mereka bahagia luar biasa. Sampai episode terakhir aku tonton pun, Bill dan Gulliana menunjukkan cinta yang tidak pernah habis bagi mereka berdua dan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu dan pertambahan anggota keluarga. Mereka akan memiliki anak laki-laki, beberapa waktu mendatang, sebentar lagi.<br />
<br />
Sekali lagi, kenapa ini aku ceritakan di dalam blog? Selain kisah mereka yang luar biasa, ada hal yang bisa kita pelajari. <b>Kita harus bersyukur. </b>Beberapa teman, tanpa halangan berarti diberikan karunia hidup dengan hadirnya anak. Beberapa teman lain, harus berusaha lebih banyak untuk memiliki anak dan masih harus terus berusaha. Apapun yang kita miliki, ucapkan rasa syukur.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-15101182595458723532012-07-29T12:54:00.000+07:002012-07-29T12:54:07.534+07:00Dengarkan CeritaKalau mau melatih kesabaran, bukan cuma berdiri sesuai urutan antrian. Atau menghadapi orang yang mau menang sendiri. Melatih kesabaran juga bisa dengan cara belajar. Belajar mendengarkan, dimulai dengan mendengarkan orang tua bercerita.<br />
<br />
Minggu lalu, aku dan keluargaku berkunjung ke Jakarta. Kami menginap di rumah Bude Tut, kakak perempuan tertua mamaku. Rumahnya paling mudah dicapai dengan kemampuan navigasi orang daerah masuk metropolitan. Sekitar tujuh menit dari terminal Lebak Bulus. Rumahnya dijadikan istana keteduhan, begitu asri dan penuh kehangatan. Selalu menyenangkan untuk hadir di dalam rumahnya. Sapaan hangat dan obrolan ringan memenuhi ruang dan terhapuslah lelah.<br />
<br />
Usianya sekarang lebih dari 60 tahun, namun, semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri. Anggota keluarga yang ada di rumah itu, dia, suaminya (Pakde Sahmi), dan anak bungsunya (Eri). Sesekali anaknya yang lain menginap di rumah karena mereka sedang studi di Bogor. Di dalam rumahnya terdapat kolam ikan kecil, tempat aku bermain ketika kecil. Rumahnya memiliki sirkulasi udara yang baik, selayaknya rumah tropis. Di depan rumahnya ada sungai, tempat nenekku dulu kadang memancing udang.<br />
<br />
Sewaktu berbincang, jangan pernah bosan ketika ditanya, "<i>Sibuk apa kamu sekarang?</i>" atau "<i>Gimana kerjaan yang kemaren?</i>". Semua itu sekedar kepedulian atas adanya kita. Lebih seru kalau Bude bercerita tentang kehidupan berkeluarganya. Bagaimana dia menyiasati kehidupannya di masa lalu agar masa depannya, yaitu yang kini, lebih mudah terasa.<br />
<br />
Pakdeku adalah tentara, seringkali dia berpindah lokasi sesuai dengan penugasan yang diterima. Anaknya lima orang, semua laki-laki pintar dan makan yang lahap. Itu berarti di masa mudanya, paling sedikit dia harus menyediakan makanan untuk tujuh orang. Dengan mengatur uang pemberian suaminya, dia bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga.<br />
<br />
Salah satu contoh cerita adalah ketika dia tinggal di daerah yang banyak hasil ikan. Dia siapkan kolam di belakang rumah. Dia beli ikan ukuran kecil dalam jumlah banyak, dia pelihara di kolam buatannya. perlahan dia konsumsi dengan kebutuhan. Untungnya, keluarganya gemar makan. Kalau tiba musim buah, katakan saja buah mangga, itu saatnya membeli mangga. Tidak pernah memaksakan untuk membeli buah di angka tertinggi.<br />
<br />
Tahun lalu, aku membeli emas batangan secara cicil. Walau belum bisa membuatku super jagoan, setidaknya mengawali investasi. Mendengar kabar itu, dia mengapresiasinya dengan menanyakan caranya dan alasanku. Dia pun akhirnya bercerita tentang caranya menghemat uang sebagai istri tentara. Salah satu usahanya menabung emas itu menghasilkan rumah yang sekarang dia tempati.<br />
<br />
Dia juga selalu senang membantu. Beberapa kali dia cerita, ketika ditempatkan di suatu daerah, rumahnya dijambangi oleh mahasiswa atau teman dari keluarga yang sedang melintasi daerah itu. Jaman dulu, untuk pulang kampung atau menuju suatu kota tampaknya sulit. Ketika itu, mahasiswa hanya memiliki uang yang terbatas. Dia sajikan makanan yang enak namun sederhana. Kemudian motornya diisikan bahan bakar sampai tangki penuh dan sedikit uang saku untuk menambah bekal di perjalanan. Saat ini, mahasiswa itu telah pensiun dari pekerjaannya yang memiliki posisi penting. Ketika bertemu, rasa terima kasih ditunjukkan begitu tulus dan luar biasa.<br />
<br />
Hidup itu memang tidak perlu penuh khayal tak nyata. Dijalani saja dengan baik. Budeku mengajarkan untuk selalu berdoa di setiap waktu. Untuk keuangan, ketika menerima atau menyimpan uang, kita harus berdoa agar uang itu selalu membawa rejeki. Gunakan uang dengan bijak. Sering pula dikatakan oleh orang tuaku, "<i>Kalau mau memberi, segeralah memberi. Jangan tunda karena merasa belum mampu, sekedarnya dan semampunya. Karena kita tidak pernah tahu kapan pemberian kita akan berarti luar biasa bagi orang lain.</i>".<br />
<br />
Dengan semua kesederhanaan dan kebesaran hati yang dimiliki keluarga Pakde dan Bude, aku bangga.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-58731389252716985542012-07-25T21:34:00.002+07:002012-07-25T21:34:44.854+07:00Ketika Lagu Diputar<i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Sudah sewindu ku di dekatmu </span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Ada di setiap pagi, di sepanjang hari</span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Tak mungkin bila engkau tak tahu</span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Bila ku menyimpan rasa yang ku benam sejak lama</span></i>
<br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;"><i>(Tulus-Sewindu)</i></span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;"><i><br /></i></span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;">Walau tidak akan menjadi genap sewindu, namun waktu sudah berlalu. Kita saling sadar. Kita berinteraksi. Kita menikmati waktu yang berlalu, hingga terlena.</span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;"><br /></span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;">...</span></span><br />
<i><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Sesaat dia datang pesona bagai pangeran</span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Dan beri kau harapan bualan cinta di masa depan</span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Dan kau lupakan aku semua usahaku</span><br style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;" /><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Semua pagi kita, semua malam kita</span></i>
<br />
<i style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">(Tulus-Sewindu)</i>
<br />
<i style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">...</i><br />
<i style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;"><br /></i><br />
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 24px;">Dan akupun terdiam. Belum pernah ada rencana rapi terancang. Pembicaraan serius seringkali dihindari. Dia datang, dengan harapan. Mengajakku melangkah setelah aku cukup waktu berdiam diri di titik itu. Sejenak, aku terhipnotis. Terbingungkan antara mimpi dan nyata. Mempertanyakan rasa dan khayal. Kalau memang ini nyata, aku tidak akan melupa tapi akan kusimpan dengan baik, kujadikan salah satu pelajaran terbaik dalam hidup. Peduliku takkan padam.</span>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-48983212186348212862012-07-05T22:36:00.004+07:002012-07-05T22:47:11.967+07:00Tentang Bandar LampungIni tentang keseruan pernyataan Kota Terjorok. Kota kelahiranku yang aku cintai ini, membuat heboh. Kota Bandar Lampung tidak meraih penghargaan Adipura, penilaian kebersihan suatu kota. Apa benar Bandar Lampung adalah kota terjorok?<br />
<br />
Perkara dibilang jorok, kotor, atau apapun itu bukan solusi. Sepatutnya dibahas mengenai rencana pengelolaan sampah, tata kota, taman kota, atau apapun demi memperbaiki lingkungan. Bagiku, yang penting adalah bagaimana kita menjaga diri kita, menjaga kota kita. Bukan sekedar hal yang dinilai oleh orang atau lembaga. Namun yang pasti, itu merupakan batu teguran.<br />
<br />
Kejadian yang menghebohkan itu terjadi pada awal Juni 2012. Agak terlambat untuk dikomentari, hanya ingin mengutarakan yang ada di kepala. Berita itu pertama kali didengar ketika kedua orang tuaku membicarakan pemberitaan di koran, dengan tambahan komentar sosial yang didapat oleh papa. Walau begitu, tidak juga membuatku membaca koran. Beberapa tajuk di akun <i>twitter</i> media massa membahas hal itu. Sejenak tadi baru kutelusuri beritanya.<br />
<br />
Agak sulit untuk memetakan kronologis peristiwa terkait. Ada <a href="http://video.vivanews.com/read/19354-dicap-kota-terjorok--walikota-bandar-lampung-murka_1" target="_blank">satu berita video</a> yang fenomenal bagi diri, ada cuplikan pidato dari Walikota Bandar Lampung. Pidato itu disampaikan pada peringatan Ulang Tahun Bandar Lampung pada tanggal 7 Juni 2012. Bapak Herman HN berkata, <span style="background-color: white;">"... </span><i style="background-color: white;">malam ini kita bawa 5 bis, demo di Kementerian Lingkungan Hidup. Apabila perlu cari orang yang nilai, </i><span style="background-color: white;">cekek</span><i style="background-color: white;"> sekalian</i><span style="background-color: white;">".</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white;">Patutkah seorang pemimpin daerah berkata serampangan di depan publik?</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span><br />
Sebagai pemimpin daerah, harusnya dia mampu secara bijak menunjukkan kemampuan dia memimpin dengan menjamin bahwa warganya merasa aman. Rasa aman terkait hal ini adalah rasa kepercayaaan yang dibangun dari penghargaan atas kerja sebagai petugas kebersihan. Untuk menunjukkan bahwa dia melindungi, menghargai dan mendukung warganya, dia mengerahkan lima bis (beserta penumpang -tentunya-). Kelima bis itu diperintahkan untuk ber<b>demo</b> di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Seperti tidak ada cara lain yang dapat ditempuh, sampai harus berdemo dan masyarakat yang berkontak langsung. Demo seringkali dikonotasikan negatif, itupun tidak mencegah Walikota mendukung demo tersebut. Apakah harus se-primitif itu? Kenapa dia harus mengirim masyarakat untuk mewakili kota Bandar Lampung sebanyak lima bis? Padahal dia sendiri, dia secara individi, dia yang tunggal itu mampu secara <i>de facto </i>dan <i>de jure </i>mewakili Kota Bandar Lampung. Kenapa harus lima bis?<br />
<br />
"<i>... Apabila perlu, cari orang yang nilai, </i>cekek <i>sekalian..."</i>. Kalimat itu yang paling tidak layak didengar di dalam forum umum. Salah satu tugas pimpinan daerah adalah pengaturan. Kata <i>cekek</i> menunjukkan kemampuan pengaturan yang dilakukan oleh Walikota adalah melalui kekerasan. Di masa sekarang ini, dia masih menekankan kekerasan untuk dilakukan dalam penegakkan yang dia anggap benar. Membuat kepala mengiangkan isu kekerasan terhadap manusia. Sulit memang memiliki pemimpin yang ideal ketika harus ada satu dari sekian banyaknya masyarakat. Secara terang-terangan mendukung kekerasan? Di masa kini? Mungkin dia harus belajar <i>detterence</i>.<br />
<br />
Satu yang masih membuat aku penasaran adalah pernyataan dari pihak KLH. Kata per kata. Cara penyampaiannya. Media penyampaiannya. Supaya aku mampu lebih memahami interaksi antara kota Bandar Lampung dan KLH, apakah terjadi distorsi atau tidak. Kalaupun memang terjadi distorsi, penyampaian dan penerimaan siapa yang membuat perseteruan ini menjadi seru.<br />
<br />
Walikotaku yang terhormat itu patutnya berkata lain yang mampu membesarkan hati masyarakatnya dan juga tetap menunjukkan gigi kepada orang luar bahwa <i>orang Lampung bukan sembarang orang</i>. Untuk bisa menunjukkan sikap seperti itu, harusnya orang politik yang terhebat. Lebih keren kalau Walikota menunjukkan kemampuan diplomasinya dengan pihak luar, dalam hal ini adalah KLH. Dia juga bisa mempertimbangkan dulu, <i>apa benar kotaku kurang bersih</i>. Kalau memang perlu perbaikan, harus diperbaiki segera. Kalau sudah benar, jangan ambil pusing penilaian orang, buatlah Penghargaan Walikota. Berikan penghargaan itu kepada seluruh pihak yang terkait langsung dengan kebersihan kota. Buat acara khusus untuk petugas kebersihan yang menyapu tiap subuh menjelang. Tunjukkan kewibawaan pemimpin! Setidaknya, itu yang terlintas di kepalaku ketika membayangkan diri menjadi Walikota. Semoga kalau aku bisa menjadi walikota, kotaku akan lebih bangga.<br />
<br />
Belum selesai berkomentar soal kejadian bulan lalu, Senin yang lalu (02/07/2011) ada berita tentang kerusuhan di Kalianda, Lampung Selatan. Bukan karena patung (karena patungnya juga sudah rubuh), ini karena perkataan Bupati Lampung Selatan. Kurang lebih perkataannya begini, "<i>...</i>tai kucing <i>dengan adat..."</i>. Entah apa yang ada di otaknya. Perkataan yang tidak seberapa itu membuat kelompok masyarakat adat murka*, mereka mengamuk. Ketika Bupati menyatakan permintaan maaf di depan publik, masyarakat melemparkan botol dan batu. Peristiwa tersebut melumpuhkan jalur Lintas Sumatra. Kalau sempat, akan kubuat tulisan tentang kejadian ini.<br />
<br />
Lampung dalam banyak tanya, banyak keraguan, dan masih perlu banyak perjuangan dari generasi yang masih berkarya. Tiap-tiap daerah memiliki intrik dan konflik yang menarik, namun jauh dari solusi yang lebih baik. Kita tidak boleh patah arang, harus terus berjuang. Sampai nanti kita tersadar bahwa kita sudah melakukan yang terbaik bagi tanah sendiri.<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;">* Pemilihan kata yang agak berlebihan, namun dipertahankan karena aku kesal teramat dengan peristiwa itu.</span>Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-62274103840274508042012-06-05T23:57:00.001+07:002012-06-05T23:57:14.491+07:00AdaKala rasa itu ada dan menghidupkan senyuman. Aku tersihir. Tanpa sadar nyata aku mampu menghadirkan sosokmu dalam bayang. Tahukah kau aku mendamba?<br />
<br />
Hanya mencoba untuk menikmati waktu yang tersisa. Bayangmu yang penuh bisu memenuhi ruang pikirku. Andai kita mampu bercanda dalam khayal. Maka hariku akan dipenuhi dengan semangat. Adakah kau bersuara?<br />
<br />
Namun ini semua semu. Seperti kabut di pagi hari, nyata tampak, hampa terasa. Aku akan tertidur di kala siang, menghentikan yang nyata dan menghidupkan duniamu.<br />
<br />
Sampai jumpa di mimpi.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-13427881636801297652012-05-17T23:58:00.000+07:002012-05-17T23:58:07.941+07:00KalauAndaikan aku tahu apa arti cinta. Bagaimana dia bisa menjelaskan apa yang terjadi dalam diri. Namun, cinta itu abstrak. Cinta itu bagaikan ilusi yang menjebak diri dalam buah pikiran yang seringkali memabukkan. Ilusi hanyalah ilusi.<br />
<br />
Kalau memang hanya cinta yang mampu menjadi jawaban atas semua pertanyaan, itu sungguh jauh dari logika. Apakah harus begitu kompleks sehingga tidak mampu dipahami oleh logika? Atau karena aku tidak cukup memiliki logika yang tepat untuk menjelaskan semua?<br />
<br />
Kalau cinta mampu membuatku tidak mampu membencimu. Mampukah aku membunuh cinta ini?Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7836111859897328511.post-54706808029163355052012-05-15T10:52:00.001+07:002012-05-15T10:52:25.498+07:00Lampung dalam KeraguanHal yang paling menggetarkan adalah ketika mendengar pembakaran kantor Pemda Kabupaten Mesuji (3 Mei 2012), Provinsi Lampung. Sebelumnya kejadian pembakaran, patung Zainal Abidin Pagaralam di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, dirubuhkan oleh massa (Senin, 30 April 2012). Keduanya bukan peristiwa yang patut dibanggakan. Ini bahkan memunculkan pertanyaan. Apakah hanya kerusakan yang kita bisa?<br />
<br />
Pembakaran kantor dilakukan sebagai wujud protes pencabutan Wakil Bupati Mesuji dari jabatannya. Pencabutan tersebut didasarkan atas status terpidana kasus suap. Harusnya tidak perlu ada penolakan dari simpatisan dan sebagainya. <i>Toh, </i>memang sudah terpidana. Sudah nyata bersalah. Bupati dan Wakil Bupati Mesuji dilantik pada 13 April 2012. Itu berarti masa jabatannya hanya 17 hari kalender.<br />
<br />
Sebagai orang awam di dunia perpolitikan Lampung, pembakaran ini memicu buah pikiran. Tentang masyarakat yang menolak pemberhentian Ismail Ishak, mungkin rasa cinta dan percaya pada pribadi tadi begitu besar. Hebat kalau memang itu yang dimaksudkan. Dengan masa kerja yang hanya 17 hari dan selama itu pula dia berada di dalam Rutan, <i>apa saja yang telah dilakukan?</i> Pasti ada sebagian pula yang berpendapat, <i>kalau mau diberhentikan buat apa dilantik?</i> Sederhana saja, administrasi tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Dia kan Wakil Bupati Terpilih, <i>ya, </i>harus dilantik. Kalau tidak dilantik, juga tetap membuat keruh simpatisan. Kalau sudah dilantik, berarti jabatan sudah jelas. Dengan begitu, bisa diberhentikan.<br />
<br />
Entah apapun itu. Membakar gedung pemerintah daerah suatu kebodohan. Terlebih, usia daerah kabupaten itu baru sekitar 4 tahun. Bisa dikatakan gedung masih baru, semua yang ada masih berfungsi baik (harusnya). Masyarakat yang mengaku simpatisan mantan wakil bupati membakarnya seperti hal itu bukan suatu kesalahan. Mengabu-bakarkan uang belanja daerah. Kebodohan.<br />
<br />
Soal patung di Kalianda, Lampung Selatan. Tokoh Zainal AP adalah Gubernur Lampung kedua (1966-1973) yang banyak memberikan sumbangsih pembangunan. Sebagai salah satu yang memprakarsai pendirian Universitas Lampung. Di masa pemerintahannya juga dibangun Pelabuhan Bakauheni dan Bandara Udara Raden Inten II.<br />
<br />
Haruskah patung itu dirubuhkan? Banyak alasan yang memicu patung itu patut dibangun dan dirubuhkan. Mungkin sejak perencanaan juga tidak diterima dengan baik. Atau masyarakat merasa ada tokoh lain yang ingin mereka hormati, ada sejarah yang bisa diingat terus. Atau karena pembangunan patung tampak seperti arogansi Gubernur Lampung dan Bupati Lampung Selatan. Alasan demi alasan bisa dibuat oleh manusia. Namun, bagiku, merubuhkan sesuatu yang telah dibangun itu juga kebodohan. Itu bagaikan membakar uang sendiri.<br />
<br />
Bagiku pribadi, kekacauan yang terjadi bisa memicu beberapa asumsi. Hal yang terpenting dan tidak dapat dihindarkan adalah ketidakmampuan pemimpin daerah untuk meredam kekacauan yang terjadi di sekitar masyarakat. Ketidakmampuan ini harus menjadi renungan adan masukan pemerintah daerah dalam melakukan tindakan selanjutnya. Melakukan pemetaan politik dengan baik. Mendahulukan kepentingan umum. Pemerintah memerlukan legitimasi dalam menjalan pemerintahannya, kekacauan bisa menghilangkan itu.<br />
<br />
Kalau memang daerahku yang tercinta ini memiliki perpolitikan yang begitu kacau. Harus lebih sering menghela napas dan berjuang lebih agar dunia tetap menjadi lebih baik. Aku bosan dengan kebodohan.Gita P Djausalhttp://www.blogger.com/profile/12469692469909362114noreply@blogger.com4